Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Misterius Rumah Opa Robert

21 Juli 2024   08:54 Diperbarui: 21 Juli 2024   11:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:playground.com

Tiba-tiba mataku tertumbuk padai rangkaian bunga mawar merah muda berpita biru yang ditata indah di atas bath up. Tampaknya pria misterius tadi malam memberiku bunga kembali.

*****

Kureguk chicken soup dari mangkok secara perlahan. Kehangatannya membuat pikiranku agak tenang. Kupanggil Mak Cepot untuk duduk bersamaku di meja makan. Lalu aku menceritakan buket mawar pink, pria misterius dan kejadian yang kualami.

Mak Cepot tampak terkejut, wajahnya pucat pasi, "Sudah saya duga non....," bisiknya lirih.

"Memang kenapa Mak?" Tanyaku penasaran.

Mata Mak Cepot menerawang jauh. Ia mulai bercerita, "Begini non........" Dengan lancar ia menceritakan bahwa sebetulnya ayahku memiliki saudara perempuan bernama Venny. 

Saat menginjak remaja, Venny jatuh cinta dengan seorang pria tampan berdarah Inggris bernama Brams, yang tinggal di kampung sebelah. Namun kakek tak menyetujui hubungan mereka karena perbedaan usia  yang terlampau jauh.

Tapi tampaknya mereka dibutakan oleh cinta. Brams mengajak Venny kawin lari. Saat mereka berusaha lari dari balkon kamar tingkat dua, opa memergokinya. Dengan kemarahan luar biasa, opa menembak Brams hingga meninggal seketika.

Di tengah hembusan nafas terakhirnya, Brams bersumpah akan menghantui kehidupan kakek dan keturunannya. Akibat kejadian itu, Venny menjadi gila dan bunuh diri meloncat dari atas balkon dalam nestapa. 

Semenjak hari itu, Venny dihapus dari daftar keluarga opa. Semua diperintahkan menutup peristiwa itu rapat-rapat. Pantas saja tak ada yang menceritakan peristiwa itu kepadaku, bahkan ayah. Hingga akhirnya aku menganggap ayahku sebagai anak tunggal opa.

Mak Cepot menghela nafas panjang,  "Brams meninggal dimana Mak? Tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun