Pagi menjelang, suara kicau burung membangunkanku. Kubuka tirai pintu kamar. Kemudian melangkah perlahan keluar. Hampir aku jatuh saat kakiku terantuk sesuatu,.Dan..... rangkaian mawar pink berpita biru masih ada di sana.
Bunga mawar berwarna merah muda, sepintas masih baru dipetik tadi malam. Bau harumnya tak berbeda seperti rangkaian bunga yang biasa kutemukan di koridor rumah opa.
Dari atas balkon, pandanganku jatuh ke arah taman di halaman rumah opa. Tampak sebagian bunga mawarnya habis dipetik. Entah oleh Mak Cepot, atau mungkin, pria tadi malam yang misterius.
*****
Malam itu hujan turun dengan lebatnya. Seusai makan malam aku bergegas ke kamar atas, menuju peraduan sebab kantuk membayangiku. Sepintas kupandang jam dinding kuno di tembok, hampir mendekati jam sembilan malam.
Sambil menahan kantuk, jemariku sibuk memeriksa pesan di gawaiku. Sinyal di desa ini "putus nyambung." Membuatku sulit berkomunikasi dengan teman-teman di kota. Dan tiba tiba aku terlelap tanpa menyadari keadaan di sekelilingku lagi.
Jam dinding tua berdentang duabelas kali mengejutkanku. Hujan tampaknya belum reda, kian lebat dan memaksaku meringkuk dalam selimutku. Aku terkejut ketika kakiku menyentuh kaki lain di dalam selimut.
Dalam remang malam kusibak selimutku dengan cepat. Tampak sepasang kaki tersembunyi dalam selimutku. Mataku menelusuri bawah kaki hingga ke atas, terlihat sosok pria yang sedang tidur lelap. Ia tak memakai piyama, namun memakai setelan jas lengkap beserta dasi merah.
Aku terkejut, segera melompat dari tempat tidur, meraih saklar lampu kamar dan segera menyalakannya. Tetapi aku tak menjumpai siapa pun di kamar ini.
Aku menghela nafas panjang. Mungknkah sosok pria tadi hanya halusinasiku dalam gelap akibat udara malam disertai hujan yang terlampau dingin menusuk tulang?
Kembali menguap, aku berusaha bersikap masa bodo dengan hal yang baru saja terjadi, sebab mungkin benar hanya sebuah ilusi. Kumatikan lampu, dan kemudian aku terlelap lagi.