"Nanti Om Arip pulang ke desannya bagaimana?"
"Ya besok biar naik bus. Massak mau jalan kaki," jawab Pak Bagus sambil bercanda.
Budi bersedih karena keluarga Man Usman kembali ke kota. Tapi Budi juga senang karena diberi uang Man Usman. Budi benar-benar sedih ketika hari Senin pagi ada kabar duka. Ternyata semalam Man Usman harus masuk rumah sakit karena tiba-tiba tidak sadarkan diri.
Pagi itu juga Pak Bagus sekeluarga berangkat ke rumah sakit Kariadi Semarang. Budi juga ikut. Budi bertemu dik Adi dan Bibi Bety di tempat parkir rumah sakit. Saat itu Bibi Bety akan membelikan sarapan dik Adi. Ternyata dik Adi tidak mau sarapan. Dia masih menangis. Budi tidak tahu harus berbuat apa.
"Budi dan Ibu temani dik Adi di taman dulu. Biar bapak diantar Bibi Bety menjenguk paman ke dalam," kata bapak sambil mengajak kami ke taman di dekat kantin.
Budi hanya bisa duduk di samping dik Adi yang masih menangis pelan. Ibu coba membelikan teh hangat.
"Dik Adi coba minum dulu. Sedikit saja tidak apa-apa," bujuk bu Siti.
Kejadian ini membuat Budi tidak iri lagi dengan dik Adi. Budi jadi merasa lebih beruntung bapaknya masih sehat.
Paman Usman meninggal karena serangan jantung. Budi menjadi lebih beruntung. Ayahnya masih hidup. Bahkan sebenarnya ayahnya selalu ada untuk Budi dan keluarga.
Dulu Budi juga disayang paman Usman. Sekarang dik Adi juga disayang oleh ayah Budi.
Budi senang karena keluarganya saling sayang.