Man Usman hanya tersenyum.
"Aku juga bisa," sahut Adi. "Kan tinggal niru video tutorial di internet."
Mereka pun tertawa bersama.
Minggu pagi, rombongan pengantin berangkat dari rumah kakek Amin ke rumah pengantin perempuan. Man Lukman naik mobil Man Usman. Man Lukman duduk di depan di samping Man Usman. Man Lukman terlihat lebih gagah. Dia memakai kemeja putih, peci, jas, celana dan sepatu hitam. Budi, dan dik Adi ikut di mobil pengantin bersama Bib Bety, pak Bagus dan bu Siti.
Acara demi acara sudah berlangsung dengan lancar. Menjelang tengah hari, rombongan kakek Amin sudah kembali. Hanya Man Lukman dan dua temannya yang ditinggal di rumah pengantin perempuan.
Minggu sore harinya, keluarga Man Usman sudah berkemas-kemas untuk kembali ke kota. Man Usman sudah minta ijin ke Mbah Amin dan mbah Putri untuk segera kembali ke kota.
"Kok buru-buru?" tanya Budi dengan nada kecewa.
"Maaf, Paman besok pagi harus sudah berangkat kerja," jawab Man Usman pelan. Sepertinya Man Usman mengantuk.
Melihat adiknya terlihat kurang sehat, Pak Bagus usul agar Man Usman tidak menyetir mobil. Menurut Pak Bagus, Man Usman seharusnya memang istirhat dulu agar besok Senin pagi sudah bisa berangkat kerja.
"Kita minta tolong Om Arip saja."
Om Arip adalah teman Pak Budi yang juga sopir mobil siaga desa.