Mohon tunggu...
Faiq Aminuddin
Faiq Aminuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

pelayan pelajar Irsyaduth Thullab dan penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Sengaja

13 Oktober 2024   16:45 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:53 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam harinya aku cerita pada ibu dan bapak tentang Siti dan masalahnya. Bapak mengangguk-anggukan kepala.

“Kasihan Siti …” kata ibu pelan.

“Menurut bapak, kamu harus menemani Siti. Ajak main atau belajar bersama. Jangan biarkan dia sendirian.”

“Siap, Pak!” Jawabku sambil tersenyum.

Kami pun segera istirahat dan tidur.

Suara kokok ayam jago tetangga membangunkanku. Setelah mandi, bapak memintaku memakai seragam sekolah. Sementara aku pakai seragam sekolah lama. Aku berharap seragam sekolah di desa ini tidak berbeda dengan sekolah lamaku.

Pagi itu, bapak mengantarku ke sekolah Sumberrejo. Bapak juga sempat bertanya tentang masalah Siti. Ternyata Siti masih boleh sekolah.

“Tidak mungkin kami melarang murid bersekolah, Pak. Mereka semua berhak mendapat pendidikan. Tapi kami juga memaklumi bu Kino yang mungkin masih terbawa emosi dan marah-marah. Kami berharap semua bisa saling memaafkan.” Begitu jawaban pak kepala sekolah.

Bapak mengangguk-anggukan kepala.

“Maaf, bila sudah cukup, saya mau minta pamit, Pak Guru.”
“Iya sudah cukup, Pak. Nak Ani biar nanti diantar pak Bakri ke kelasnya.”

Bapak segera pamit dan berangkat ke tempat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun