Malam harinya aku cerita pada ibu dan bapak tentang Siti dan masalahnya. Bapak mengangguk-anggukan kepala.
“Kasihan Siti …” kata ibu pelan.
“Menurut bapak, kamu harus menemani Siti. Ajak main atau belajar bersama. Jangan biarkan dia sendirian.”
“Siap, Pak!” Jawabku sambil tersenyum.
Kami pun segera istirahat dan tidur.
Suara kokok ayam jago tetangga membangunkanku. Setelah mandi, bapak memintaku memakai seragam sekolah. Sementara aku pakai seragam sekolah lama. Aku berharap seragam sekolah di desa ini tidak berbeda dengan sekolah lamaku.
Pagi itu, bapak mengantarku ke sekolah Sumberrejo. Bapak juga sempat bertanya tentang masalah Siti. Ternyata Siti masih boleh sekolah.
“Tidak mungkin kami melarang murid bersekolah, Pak. Mereka semua berhak mendapat pendidikan. Tapi kami juga memaklumi bu Kino yang mungkin masih terbawa emosi dan marah-marah. Kami berharap semua bisa saling memaafkan.” Begitu jawaban pak kepala sekolah.
Bapak mengangguk-anggukan kepala.
“Maaf, bila sudah cukup, saya mau minta pamit, Pak Guru.”
“Iya sudah cukup, Pak. Nak Ani biar nanti diantar pak Bakri ke kelasnya.”
Bapak segera pamit dan berangkat ke tempat kerja.