Mohon tunggu...
Rininda Mahardika
Rininda Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bukanlah jalan untuk memperoleh kesenangan serta mengisi waktu luang belaka. Hobi merupakan ruang untuk menampung segala skill non akademis di setiap insan. Tidak peduli kau suka menulis ataupun menggambar. Semuanya akan menjadikan pundi-pundi uang atau bahkan media pembelajaran bagi siapa saja yang mengasahnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pengamen Cilik

26 November 2022   22:55 Diperbarui: 29 November 2022   08:29 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini giliran Vivi yang menimpali sekaligus memprovokasi. "Di internet juga apalagi di Cuitter sampai jadi trending topik ...."

"Dasar penikmat gosip." Aku menggumam. Memangnya jaman sekarang masih ada kutukan atau pamali atau apalah itu terserah! Persetan. Ternyata orang-orang lokal banyak juga yang bertumpuan pada hal-hal supranatural semacam itu.

***

Sehari di tempat kerja rasanya seperti setahun dalam penjara. Tapi itu lebih baik daripada pontang-panting cari lowongan kerja. Walau harus berpikir besok makan apa setidaknya tidak menumpang di rumah orang dan mengemis pada teman. Juga berbanggalah pada hasil keringat sendiri.

"Kakak!" Tama, anak laki-laki yang mengenakan singlet putih serta celana merah bergambar Spiderman itu menyapaku dengan berapi-api.

"Lihat apa yang kubawa untuk kalian!"

Aku mengangkat tinggi-tinggi kantung plastik berisi coklat dan permen. Tama nampak bersemangat. Dia menerima bungkusan itu dengan mata berbinar. Bahkan dari tatapannya mengisyaratkan ketidak sabaran untuk memakan semua sendirian.

Sebelum aku memenuhi janjiku dengan dua pengamen cilik tadi, aku menyempatkan diri mampir ke minimarket terdekat. Membeli beberapa bungkus makanan manis yang disukai anak-anak.

"Bagaimana, aku menepati janji bukan? Coklatnya jangan dimakan sendiri ya harus berbagi sama saudaranya dong."

"Tomi! Sudah kubilang Kakak ini baik! Kenapa tidak kita nyanyikan saja lagu itu!" Tama berseru-seru antusias. Sementara kedua mataku tak lepas dari tatapan tajam Tomi. Seakan-akan dia terusik dengan kehadiranku.

Aku mendesah. "Bukan masalah besar kalau memang tidak bisa. Aku akan kembali lagi ke sini, sampai besok!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun