Mohon tunggu...
Rininda Mahardika
Rininda Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bukanlah jalan untuk memperoleh kesenangan serta mengisi waktu luang belaka. Hobi merupakan ruang untuk menampung segala skill non akademis di setiap insan. Tidak peduli kau suka menulis ataupun menggambar. Semuanya akan menjadikan pundi-pundi uang atau bahkan media pembelajaran bagi siapa saja yang mengasahnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pengamen Cilik

26 November 2022   22:55 Diperbarui: 29 November 2022   08:29 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tunggu, Kak Mega!" Tomi berhasil menghentikan langkahku. Seketika jantungku berhenti berdetak, bola mataku membulat seperti bola pingpong. Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal selama pertemuan kami tak sekalipun aku menyebutkan nama.

"Sebagai balasan kebaikan hati Kakak, aku akan menyanyikan lagu yang dilarang itu. Tapi dengan satu syarat ...." Tomi menggantungkan ucapannya.

Tiba-tiba telingaku berdengung, suara di sekitarku lambat laun menghilang, bahkan seiring Tomi menggenjreng kentrung. Ada apa ini? Rohku seolah ditarik oleh sesuatu namun aku tak paham. Mengapa? Sebenarnya kenapa ini? Adakah yang salah dengan diriku?

Benarkah tubuhku dapat menembus ruang dan waktu?

***

"AWAS!!!"

Aku terbeliak kesadaranku ditarik kembali oleh genggaman tangan seseorang yang begitu kuat.

"KAU BISA MATI BODOH!" teriaknya. Saat itu pula aku mematung, seunit truk bermuatan hilang kendali. Truk itu berkecepatan tinggi, menabrak siapa saja yang menghalangi jalannya.

Apa yang terjadi? Batinku dengan seegala pikiran yang kacau. Aku berbalik hendak melihat wajah orang yang menyelamatkan nyawaku. Bahkan aku merasakan airmata itu terbendung.

"Terima kasih," rengekku.

Pria yang baik dengan kaos putih dibalut jas cream serta tas selempangnya berwarna coklat. Dia membawaku ke tepi jalan sembari memberikanku sebotol air mineral. Aku menerimanya dengan senang hati lantaran kuteguk air tersebut sampai habis. Hari ini cuaca panas sekali ya? Ramalan cuaca yang kulihat di televisi tadi pagi mengatakan kalau sekarang mendung. Tapi mengapa aku bisa sehaus ini? Memang tinggal di iklim tropis tak bisa diajak konfirmasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun