"Tentu saja!" jawab keduanya antusias.
"Baguslah."
"Lagu apa yang Kakak minta?" tanya salah satunya.
Aku pun meletakkan jemari telunjuk di dagu, sepasang mataku mengarah ke langit-langit, dan bergumam. "Yang kalian bisa saja. Aku tidak mengikuti perkembangan musik jaman sekarang."
"Hei Tomi apa aku bisa menyanyikan lagu itu untuk Kakak ini?" tanya bocah bersinglet putih tak sabaran.
Sementara temannya bernama Tomi itu memberikan tilikan tajam seakan terdapat maksud tersembunyi dari caranya menatap. "Kita tidak boleh menyanyikan lagu yang dilarang, Tama."
Aku pun memandangi keduanya sambil terheran-heran. "Apa yang sedang kalian bicarakan? Memangnya ada lagu khusus yang tidak boleh dinyanyikan oleh pengamen?"
Baik Tomi maupun Tama sama diamnya. Aku mendesah pelan lalu berdiri di hadapan keduanya. "Baiklah jika kalian tidak mau jangan dipaksakan. Aku akan kembali lagi besok."
Seiring langkah kakiku mulai menjauh, tanpa sengaja aku menguping perdebatan mereka. "Sudah kubilang Kakak itu baik, Tomi!"
"Jangan mudah percaya dengan orang dewasa dasar bodoh!"
"Kita tidak punya pilihan lain atau dia akan marah?!"