Setelah berfoto, mereka melanjutkan perjalanan sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal—mulai dari hobi, film favorit, hingga rencana masa depan. Nadine merasa semakin dekat dengan Nathan, tetapi Bagas tetap di sampingnya, memberi perhatian yang tulus.
Ketika malam tiba, Nadine dan Nathan harus berpisah dengan Bagas yang masih ingin menghabiskan waktu bersamanya. Nathan menatap Nadine dengan tatapan penuh arti. “Aku senang bisa menghabiskan waktu denganmu. Aku berharap kita bisa terus berkomunikasi dan saling mendukung,” ucap Nathan, senyumnya menawan.
“Jadi, ini adalah awal dari persahabatan yang lebih dekat?” tanya Nadine, berusaha memastikan perasaan yang ada.
“Ya, dan mungkin lebih dari itu,” jawab Nathan, merasakan harapan dalam hatinya.
Sementara itu, Bagas memperhatikan mereka dari kejauhan, merasakan perasaannya yang sulit dijelaskan. Di satu sisi, dia ingin mendukung Nadine, tetapi di sisi lain, dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjadi yang terdepan di hatinya.
“Semoga kita semua bisa tetap bersahabat, ya?” kata Bagas, berusaha menyeimbangkan suasana. “Jangan ragu untuk menghubungi aku jika butuh bantuan.”
Nadine tersenyum, merasakan keraguan di antara mereka. Dia tahu bahwa langkah selanjutnya akan menentukan arah hubungan mereka—apakah akan menjadi sekadar teman, atau mungkin lebih dari itu. Dia mengangkat tangan, memberi salam perpisahan kepada Nathan dan Bagas.
Saat pulang, pikiran Nadine berputar, merasakan ketegangan dan kegembiraan yang menggelora. Momen itu bukan hanya tentang persahabatan, tetapi juga tentang cinta yang perlahan mulai tumbuh di antara mereka. Apakah dia siap untuk mengambil langkah itu? Waktu yang akan menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H