Mohon tunggu...
Evi Widiarti
Evi Widiarti Mohon Tunggu... -

Bekerja di Divisi Penerbitan Bisnis2030, bergerak di bidang E-commerce - Business Internet Provider yang mendevelop beberapa toko online: www.bookoopedia.com (toko buku online) www.solusiukm.com (toko software online) www.hipokuku.com (pengisian pulsa lewat internet) Hobi membaca, Nonton, mendengarkan radio, menulis dan mereview buku juga film.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lutung Kasarung dan Putri Purbasari

24 April 2011   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hutan nan lebat, berdiri sebuah pondok mungil yang dihuni oleh seorang perempuan dengan badan yang sangat kotor penuh bercak hitam bernama Purbasari.  Setiap hari dia terlihat murung, meskipun sebenarnya banyak bunga-bunga cantik yang disukainya, bermekaran di sekitar pondoknya. Begitu juga banyak burung-burung berkicau  riang berusaha menghiburnya.

Ketika hari beranjak siang, datanglah seorang kakek membawa perbekalan makanan.

“Purbasari, turunlah sebentar dari pondok, Uwak membawa perbekalan untukmu..”

“Oh, Uwak Batara  Lengser datang, sebentar Uwak..”

Lalu Purbasari turun dengan hati-hati dari pondokannya dan menemui Uwak Batara Lengser.

“Bagaimana kabarmu Pubasari?”

“Saya baik Uwak..”

“Syukurlah, mudah-mudahan kesabaranmu menjalani cobaan ini, akan berbuah manis dan nanti pada waktunya kamu akan memperoleh kehidupan yang layak, yang seharusnya kamu terima..”

“Kanda Purbararang bagaimana kabarnya Uwak?”

“Pubasari, mengapa kamu masih menanyakan kabar orang yang telah mencelakaimu dan membuat kamu hidup di hutan seperti ini?”

“Bagaimanapun, Kakanda Purbararang adalah kakak yang seharusnya saya hormati, saya sangat sayang dengan kak Purbararang.. “

“Uwak mengerti Purbasari, tapi bagaimanapun cobaan yang kamu alami saat ini, sudah seharusnya menjadi pelajaran untuk bisa menilai bagaimana sifat kakakmu Purbararang..”

“Iya Uwak.. Purbasari mengerti.. mudah-mudahan kelak kak Purbararang bisa mengubah sifat buruknya..”

“Ya sudah, kamu yang sabar ya, Uwak pamit dulu…”

“Iya Uwak, terima kasih..”

Uwak Batara Lengser kemudian beringsut meninggalkan Purbasari, dan hari beranjak petang, Purbasari masuk kembali ke dalam pondokannya.

***

Pada suatu pagi yang cerah, putri Purbasari dikejutkan oleh suara seseorang yang berasal dari remimbunan pohon di atas pondokannya.

“Putri cantik.. kenapa bersedih.. apakah Tuan putri ingin saya ambilkan setangkai bunga? Atau buah-buahan yang segar?”

Putri Purbasari masih mencari-cari asal suara, karena di atas pondokannya hanya ada beberapa monyet yang bergelantungan seperti hari-hari biasa, tidak ada manusia.

“Wahai kisanak, siapakah engkau? Saya tidak mengenal suaramu.. dan tidak dapat melihat wujudmu.. bolehkah kau perlihatkan wujudmu?”

Seekor monyet seukuran monyet dewasa, turun dengan gesit di atap pondokan Putri Purbasari.

“Maafkan hamba Tuan putri.. inilah wujud hamba..mohon dimaafkan bila mengganggu tuan putri..” Monyet tersebut sekali lagi melompat di dekat kaki Putri Purbasari.

“Oh, ternyata kau seekor lutung.. sang maha kuasa pasti sangat menyayangimu hingga engkau dapat berbicara layaknya manusia..” Putri Purbasari tersenyum sambil memandang lutung yang meloncat-loncat dengan riang di dekatnya.

“Terima kasih putri..maukah putri menjadi temanku?”

“Tentu saja lutung yang lucu.. aku akan senang sekali menjadi temanmu…apakah engkau memiliki nama?”

“Tidak tuan putri..hamba tidak memiliki nama, hamba berada di hutan ini karena tersesat..”

“Oh..begitu rupanya, baiklah karena engkau seekor lutung lucu yang tersesat, aku akan memberimu nama: Lutung Kasarung, yang artinya Lutung yang tersesat..”

“Horee… terima kasih..Putri.. sebagai hadiah pertemanan kita, saya akan mengambil sebuah mangga segar untuk tuan putri.. “ Si lutung dengan gesit mengambil buah mangga yang bergelantungan di samping pondokan Putri Purbasari.

Sejak saat itu, Putri Purbasari dan Lutung Kasarung  menjadi teman yang akrab, mereka sering berjalan-jalan di sekitar pondok untuk melihat bunga dan mengambil buah-buahan segar, dan Purbasari menjadi tidak kesepian lagi di dalam hutan yang lebat itu. Hari demi hari, Putri Purbasari semakin gembira dan bercerita tentang masa lalunya kepada si lutung. Tentang keluarganya di Kerajaan Pasir Batang di tatar Pasundan, tentang saudara-saudarnya; Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, Purbaleuih, dan dirinya sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, putri –putri dari Prabu Tapa Agung, dan tentu saja peristiwa ketika sang kakak Purbararang yang dengan kejam mencelakainya, hingga dirinya diasingkan oleh kakaknya sendiri di dalam hutan.

Lutung memandang putri  Purbasari dengan sedih.

“Tuan Putri seharusnya menjadi Ratu di kerajaan Pasir Batang, bukan kakak tuan putri, Purbararang  yang kejam.. dan tuan putri seharusnya duduk di singgasana yang megah, bukan di batu dan di bawah pohon ini bersama hamba..”

Putri Purbasari tersenyum, lalu berkata pada si Lutung.

“Iya Lutung, tapi mungkin ini ujian dari sang maha kuasa supaya aku menjadi manusia yang sabar..bukankah itu tandanya sang maha kuasa sayang kepadaku lutung?”

“Dan Tuan putri pasti akan lulus ujian dengan nilai sempurna…haha”

“Ah, lutung..kamu itu makin hari makin lucu juga ternyata… nih aku lempar ranting…hahaha..”

“Ah, meleset..tuan putri..ayo lempar lagi…jawab si lutung sambil meloncat-loncat kegirangan”

“Awas yaa…”

***

Ketika matahari tengah terik-teriknya, Putri Purbasari enggan keluar dari pondoknya. Lutung Kasarung sedari pagi berkeliling meloncat-loncat sambil memberi isyarat supaya Purbasari keluar pondok, namun usahanya sepertinya sia-sia belaka. Hingga akhirnya Lutung Kasarung memberanikan diri mengetuk pintu pondokan Putri Purbasari.

“Putri Purbasari..keluarlah sebentar, ada yang ingin hamba tunjukkan kepada tuan putri..”

Tidak terdengar sahutan, tapi rupanya lutung kasarung tidak putus asa, dan mencoba mengetuk kembali pintu pondokan itu. Hingga tujuh kali ketukannya tak berbalas, lutung akhirnya duduk di dekat pintu pondok dengan sedih.

“Tuan putri..apakah engkau sakit..? hamba sungguh galau dan risau bila benar tuan putri..sakit..” Lutung bergumam sendiri sambil matanya menerawang…

Beberapa saat kemudian, terdengar pintu pondokan dibuka, dan muncullah Putri Purbasari dengan luka totol menghitam di sekujur tubuhnya yang semakin lebar dan parah.

“Iya lutung.. aku sedang tidak enak badan, dan lihatlah..luka-luka menghitam di tubuhku semakin parah..”

“Oh, tuan putri, ada yang ingin hamba tunjukkan, mari ikut hamba tuan putri..”

“Apa itu lutung..?” Sambil masih bertanya-tanya, Putri Purbasari mengikuti langkah Lutung Kasarung.

Tidak seberapa lama, sampailah Lutung Kasarung dan Putri Purbasari di sebuah kolam kecil yang berair jernih, dengan pancuran yang mengalir. Putri Purbasari terkejut, karena sejak berada di pondok dia belum pernah melihat kolam itu.

“Ini untuk tuan putri, silakan mandi di kolam tersebut..putri..mudah-mudahan sang maha kuasa bisa memberi kesembuhan untuk tuan putri..” kata si lutung sambil beringsut pergi.

Putri Purbasari dalam keheranannya mencoba untuk menuruti kata-kata sahabat baiknya, Lutung Kasarung. Dimasukkannya perlahan-lahan kakinya ke dalam kolam yang jernih tersebut. Kemudian ada rasa segar yang langsung menelusup di kakinya, lalu berikutnya, dia beranikan diri untuk menceburkan seluruh badannya di kolam. Putri Purbasari sangat menikmati mandi di kolam itu, merasakan kesegaran airnya, hingga tak menyadari, satu persatu luka totol-totol hitam yang ada di sekujur tubuh akibat diolesi boreh oleh kakaknya Purbararang sewaktu akan dibuang di hutan, menghilang satu persatu. Dan setelah dirasa cukup, Putri Purbasari naik kembali ke atas kolam dan memanggil Lutung Kasarung.

“Lutung..Lutung Kasarung..kamu di mana?” Panggil Purbasari sambil telapak kakinya masih di dalam  kolam dan begitu gembira melihat tubuhnya kembali bersih dan wajahnya bersinar cemerlang terpantul dari permukaan kolam.

“Hamba di sini Tuan Putri.. “ Lutung Kasarung meloncat mendekat dan juga terlihat gembira melihat perubahan yang terjadi pada Putri Purbasari.

“Terima kasih Lutung.. kini aku telah sembuh dari sakitku..”

“Hanya atas ijin sang maha kuasa Tuan Putri..hamba hanya perantara saja..untuk kesembuhan tuan putri..syukurlah bila Tuan Putri sudah pulih..”

“Iya lutung..ini salah satu bukti, sang maha kuasa sayang kepadakukan?” jawab putri Purbasari seraya tersenyum manis memperlihatkan gigi putihnya yang rapi.

“Mari kita kembali ke pondok lutung…aku ingin berganti pakaian..”

“Mari Tuan Putri..”

Putri Purbasari kembali ke pondok diiringi lutung kasarung yang berjalan di sampingnya.

***

Kabar tentang putri Purbasari yang kembali pulih dan cantik, ternyata sampai juga ke kerajaan Pasir Batang, membuat Putri Purbararang geram dan segera ingin pergi ke hutan untuk membuktikannya. Dan hari berikutnya, rombongan dari kerajaan Pasir Batang yang membawa Putri Purbararang dan tunangannya Indrajaya yang pesolek, mulai memasuki hutan tempat Purbasari tinggal.

Begitu sampai di pondok Purbasari, Purbararang segera saja berteriak-teriak memanggil Purbasari.

“Hai..Pubasari, ayo keluarlah.. aku ingin tahu, apakah kamu benar-benar telah sembuh dan pulih seperti dulu..” Demi mendengar suara kakaknya, Purbasari segera membuka pintu pondok, namun Lutung Kasarung segera berada di dekat kaki Purbasari dan berbisik.

“Mohon tuan Putri berhati-hati.. “

“Iya Lutung..terima kasih..aku akan selalu berhati-hati..” Putri Purbasari menuruni tangga dan tetap menjaga jarak dengan kakaknya.

“Oh..benar rupanya berita itu..kau kini telah pulih..” Putri Purbararang memandangi putri Purbasari dengan pandangan penuh iri dan dengki. Namun para prajurit dan Uwak Betara Lengser yang turut serta dalam rombongan justru merasa senang dan takjub, Putri Purbasari telah kembali pulih dan bahkan semakin cantik.

“Baiklah..aku mau kita bertanding, dan siapa yang kalah, akan menerima hukuman berat dari aku, Ratu Pasir Batang..hahaa..” Putri Purbararang berteriak dan berkacak pinggang dengan pongah.

Lutung kasarung, Uwak Betara Lengser dan para Prajurit memandang dengan resah, kepada Putri Purbasari. Dengan tenang Putri Purbasari tersenyum dan menjawab tantangan Putri Purbararang.

“Baik kakakku..Purbararang.. silakan, pertandingan apakah itu, tentu aku akan  menerima bila memang kalah, dan aku berharap kakak juga bisa berbesar hati bila kalah…”

“Hah?? Apa kau bilang? Aku akan kalah? Jangan berharap aku kalah walau dalam mimpimu sekalipun Purbasari..!”  Purbararang dengan emosi tinggi menjawab Purbasari. Namun Purbasari  hanya tersenyum mendengar jawaban kakaknya.

“Sekarang kita bertanding adu panjang rambut…. Kamu pasti kalah Purbasari..!” Kemudian Purbararang melepas sanggulnya dan terurailah rambutnya hingga melewati pinggul. Purbararang tersenyum mengejek pada Purbasari. Tak lama kemudian, Purbasari melepas sanggulnya, dan terurailah rambutnya yang hitam dan berkilau hingga di bawah lutut.Paraprajurit serentak berguman bagai dengungan lebah. Melihat itu Purbararang semakin kalap.. kemudian dia memanggil salah satu prajurit yang tertangkap basah tertawa.

“Hai..prajurit..tak tahu diuntung, maju kamu!, algojo.. pancung dia, karena telah berani menghina dan mentertawakan ratunya!”  Seorang algojo maju dan menyeret prajurit malang itu agak jauh dari rombongan, si prajurit dengan muka pucat pasi memohon ampun namun tidak digubris oleh si algojo, dan beberapa saat kemudian, terdengar teriakan pilu dan ngeri bagi siapa saja yang mendengar, kecuali algojo dan putri Purbararang tentunya.

Semua prajurit akhirnya terdiam dan tegang, tak berani lagi berbicara  barang satu atau dua patah kata. Semua menunggu dan berdoa, semoga tak ada lagi kekejaman yang terjadi yang dilakukan oleh Putri Purbararang.

Karena kalah setelah beradu rambut panjang, Purbararang akhirnya memanggil tunangannya, Indrajaya yang pesolek.

“Sekarang kita beradu pasangan siapa yang paling tampan..”  Kemudian Indrajaya yang berada di atas kuda putih dan memakai pakain yang indah dan mahal tersenyum kearah Purbararang dan Purbasari.

“Ayo..Purbasari, segera tunjukkan pada kami, siapa pasanganmu dan coba kalahkan pasanganku yang sangat tampan ini!”

Purbasari kembali tersenyum kemudian dia memanggil Lutung Kasarung yang sedari tadi berdiam di dekat pintu pondok di belakang Purbasari. Lutung Kasarung terkejut, dan semua yang hadir terkejut tidak menyangka Putri Purbasari akan memperkenalkan seekor monyet sebagai pasangannya. Kontan saja Purbararang tertawa terbahak-bahak dan memastikan dirinya yang akan menang.

“Hahahahahahhahahhaa…. Purbasari….Purbasari..lelucon macam apa ini heh?, kau..kau..berpasangan dengan  seekor monyet?? Whahahahahhaaa….whahahahhahhaha…..

“Tuan Putri Purbasari, benarkah tuan Putri memilih hamba sebagai pasangan tuan Putri? Lutung Kasarung masih belum percaya.

“Lutung Kasarung, tataplah mataku, apakah aku terlihat sedang berdusta..?  ini benar adanya Lutung.. aku percaya padamu, engkaulah yang aku kasihi dan sayangi.. dan aku tidak peduli bahwa engkau berwujud seekor lutung…apakah engkau bersedia menjadi pasangan hidupku Lutung?”

“Tuan Putri…” lutung masih menatap seakan tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

“Ahhh..kalian..mau mengulur waktu ya? Kalau mau main drama murahan..jangan di sini….sana..di lapangan dekat pasar biar jadi bahan tertawaan rakyat jelata..whahahahahahhahhaaa……”  Purbararang masih tertawa terbahak-bahak, namun belum selesai dia tertawa, tiba-tiba Lutung Kasarung bersemedi dan sebentar kemudian berubah menjadi seorang pemuda tegap, gagah dan sangat tampan dengan pakaian yang indah dan juga terlihat mahal,  membuat semua yang hadir ternganga. Lalu dengan langkah penuh wibawa, pemuda tersebut melangkah pasti menuju kea rah Putri Purbasari.

“Hamba bersedia tuan Putri Purbasari….menjadi pasangan hidup Tuan Putri..sekarang..dan selamanya..” Purbasari tersenyum dan Pemuda tadi balas tersenyum.

“Wahai, pemuda yang pernah menjelma sebagai Lutung Kasarung..siapakah dirimu sebenarnya?”  Tanya Purbasari lembut.

“Hamba adalah Guruminda, hamba dari kahyangan khusus turun untuk tuan Putri Purbasari..”

“Oh, Guruminda..ini benar-benar anugerah dari yang maha kuasa…”

“Para Prajurit sekarang siapa yang lebih tampan? Guruminda ataukah Indrajaya? Apakah kalian masih mau memiliki ratu kejam seperti Putri Purbararang sementara Ratu kalian yang sebenarnya telah pulih dan memiliki pasangan hidup yang lebih tampan dan baik hati?” Tiba-tiba Uwak Betara Lengser angkat bicara setelah melihat semua yang telah terjadi.

Kemudian tanpa dikomando oleh panglima perang, para prajurit bergerak mengepung Purbararang dan Indrajaya, Putri Purbararang dan Indrajaya terlihat langsung pucat pasi dan memohon ampun.

Akhirnya Guruminda berbicara.

“Para Prajurit Pasir Batang, terima kasih atas kesetiaan kalian, Ratu kalian yang sebenarnya, Putri Purbasari telah kembali, dan sebagai hukuman untuk Putri Purbararang, Putri Pubasari akan segera mengumumkannya..”

“Baiklah para prajuritku.. untuk memberi pelajaran dan hukuman kepada kakanda Purbararang, maka mulai saat ini, kakanda Purbararang harus menjalani hidup di pondokan ini selama dua tahun dan selanjutnya hidup di desa dan membantu orang-orang di desa yang ada di sebelah hutan ini, selama tiga tahun, agar Kakanda Purbararang bisa merasakan hidup sebagai rakyat jelata dan bisa menghargai rakyatnya..…”

Suara Putri Purbasari terdengar mantab dan penuh wibawa, dan kemudian disambut dengan gembira oleh para prajurit yang hadir.

Dan  berikutnya, Putri Purbasari, Guruminda, dan Uwak Betara Lengser kembali bersama rombongan ke Istana Pasir Batang, sementara Putri Purbararang tinggal di pondokan di tengah hutan bersama Indrajaya.

Semenjak dipimpin oleh Ratu Purbasari didampingi Guruminda, rakyat kerajaan Pasir Batang hidup sejahtera, dan bisa bekerja dengan tenang dan damai…

**********

Link sumber gambar: http://www.kissmarta.com/paintings/gallery/javanesetales.htm

No. 125. Eviwidi : ( Lutung Kasarung dan Putri Purbasari)

UNTUK MEMBACA TULISAN PARA PESERTA PARADOKS YANG LAIN MAKA DIPERSILAKAN MENGUNJUNGI AKUN Dongeng Anak Nusantara di Kompasiana sbb : http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/04/23/paradoks-parade-dongeng-anak-nusantara-23-april-2000-sd-24-april-2000/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun