Contoh dari tindakan rasional berdasarkan nilai seperti : Seorang dokter yang memutuskan untuk bekerja di daerah terpencil meskipun gaji rendah, karena ia percaya pada nilai kemanusiaan dan pelayanan kepada masyarakat miskin.
Seorang aktivis yang memperjuangkan hak asasi manusia, meskipun tindakannya tidak memberikan keuntungan materi atau bahkan menghadapi risiko besar.Ciri utama dari tindakan ini adalah :Â
Didorong oleh keyakinan atau komitmen moral, etika, agama, atau budaya.Rasional dalam arti bahwa tindakan tersebut memiliki metode yang jelas untuk mewujudkan nilai tersebut.Tidak mempertimbangkan keuntungan atau kerugian finansial.Tindakan ini menunjukkan bahwa manusia tidak selalu bertindak secara kalkulatif; ada motivasi yang lebih tinggi seperti solidaritas, pengabdian, atau patriotisme.
3. Pilihan Tindakan Sesuai Nilai Tanpa Mempertimbangkan Laba Rugi
Pada rasionalitas berdasarkan nilai, pilihan tindakan dilakukan semata-mata untuk mewujudkan nilai tersebut, tanpa mempertimbangkan aspek keuntungan atau kerugian. Contoh lain dari hal ini:Seorang guru yang mengajar di daerah konflik demi mencerdaskan anak-anak, meskipun ia tidak mendapatkan penghargaan finansial. Seorang ilmuwan yang menolak bekerja untuk perusahaan tertentu karena prinsip moral meskipun tawarannya sangat menggiurkan. Tindakan ini penting dalam menjaga nilai-nilai luhur di tengah tekanan pragmatisme kapitalisme modern.
4. Tindakan Lain: Tindakan Afektif dan Tradisionala.Â
Tindakan Afektif (Affective Action)Tindakan afektif adalah tindakan yang didorong oleh emosi atau perasaan, tanpa dipikirkan secara rasional. Contohnya : Seseorang yang marah dan langsung berteriak tanpa memikirkan konsekuensinya.Seorang penggemar olahraga yang menangis saat timnya kalah atau menang.Tindakan ini sering kali spontan dan tidak terstruktur.
b. Tindakan Tradisional (Traditional Action)Tindakan tradisional adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan kebiasaan atau tradisi, tanpa adanya analisis mendalam. Contohnya : Melaksanakan upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun.Menjalankan ritual keagamaan hanya karena itu merupakan bagian dari kebiasaan keluarga.Tindakan ini berakar pada rutinitas atau kebiasaan, bukan pada kalkulasi atau komitmen terhadap nilai tertentu.
Max Weber dalam teori sosiologi klasiknya membedakan antara power (kekuasaan) dan otoritas (dominasi). Kedua konsep ini berkaitan dengan kemampuan untuk memengaruhi tindakan atau perilaku orang lain, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda dalam cara pengaruh tersebut dijalankan dan diterima dalam relasi sosial.
1. Power (Kekuasaan)