Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kambing Curian

5 November 2022   21:22 Diperbarui: 6 November 2022   21:30 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kambing makan rumput. (sumber: SHUTTERSTOCK/LUBO IVANKO via kompas.com) 

"Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa Hanya menengok saja. Kenapa mbak tidak mau tinggal dengan kami?"

"Tidak usah. Nanti malah merepotkan."

"Tidak akan, mbak. Anak-anak pasti senang, juga istri saya."

Mbok Yum tetap ingin di rumahnya sendiri. Lantas ia menanyakan urusan usaha Wasir yang didengarnya mulai maju ternak kambing.

Terlebih setahun lalu, kambing-kambing yang diternaknya laris di musim haji.

"Bersyukur mbak. Semuanya lancar."

"Di sini juga ada yang pelihara kambing. Dua ekor, dan lumayan besar."

"Siapa, mbak?"

"Bapaknya Misin. Tadi aku lihat anaknya, Misin sedang menjaga kambingnya merumput."

"Di mana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun