Mohon tunggu...
Ersalrif Ersalrif
Ersalrif Ersalrif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Saya seorang single mom, bekerja serabutan. Hobi saya membaca, menulis, melukis dan daur ulang barang bekas. Saya seorang yang introvert, tapi berusaha belajar untuk dua buah hati saya. Menulis adalah sarana healing untuk hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pantang Menyerah Jarak Sekolah Jauh dari Rumah

31 Juli 2023   06:51 Diperbarui: 31 Juli 2023   07:03 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ica yang sedang berdiri di balik dinding kelas, mendengar jelas ucapan salah satu orang tua temannya itu. Tangannya mengepal keras. Hatinya sangat sedih.

"De, Mama masih rapat, kita turun ke bawah, ya?" ajak Ica kepada Danar yang ingin bertemu sang ibu.

Bocah berusia empat tahun itu, mengangguk. Dia menarik tangan Ica untuk segera menjauhi kelas. Danar bisa merasakan kesedihan hati sang kakak. Mata Ica sempat memerah dan dia mengusap air matanya yang sudah mengalir.

"Akak jangan sedih, Ade dan Mama sayang Akak looh!" hibur Danar sambil membalas genggaman tangan Ica.

Ica hanya mengangguk dengan senyuman terpaksa. Dia berusaha tegar menerima kenyataan ini.

"Alhamdulilah kita sampai rumah!" seru riang Mama Ica seraya mematikan mesin motor matiknya.

"Iya alhamdulillah, motornya nggak mogok juga, hihi..." celetuk Danar sambil turun dari motor.

Mama dan Ica tersenyum geli mendengar celotehan lucu Danar.

"Iya, motornya ngertiin keadaan kita!" sahut Mama Ica sambil menjetik hidung bangir Danar yang masih tersenyum lucu.

"Neng, jangan dengarkan komentar miring orang-orang tentang penolakan sertifikat lombamu, ya! Pengalaman menang lomba itu nggak lantas jadi sia-sia, kok! Sertifikatnya memang tidak membawa kamu lewat jalur prestasi, tapi pengalamanmu di lomba itu, akan menempa dirimu dan itu sangat berharga!' kata Mama Ica sambil merangkul pundak Ica hangat.

Mereka segera masuk ke rumah, setelah Ica berhasil membuka gembok rumah, tempat mereka menumpang. Yah, sejak ayah Ica meninggal dunia empat tahun lalu, mereka diperbolehkan menumpang di salah satu mess sebuah perusahaan, tempat almarhum sering dicharter membawa barang ke luar kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun