"Ya Ma, bismillah!" sahut Ica yakin.
Merekapun melihat-lihat lokasi sekolah yang masih sepi, karena belum ada aktifitas belajar mengajar.
Mereka menunggu sekitar dua jam, sebelum dipersilahkan masuk ke ruang panitya penerimaan calon siswa baru angkatan 2023-2024.
"Bismillah...!" ujar mereka bertiga sebelum keluar gerbang sekolah dan menunggu angkutan Jaklinko di depan sekolah.
"Mama tenang aja, ya! Doain Ica agar bisa sekolah di sini dengan baik. InsyaAllah Ica tetap semangat belajar di sini hingga lulus." kata Ica menguatkan hati mamanya.
"Bismillah ya, Neng!" sahut Mama Ica sembari menggenggam tangan Ica dengan erat.
Mama Ica melambungkan doa setiap saat untuk keselamatan putrinya. Sering dia menangis, atas ketidak berdayaannya. Dia hanya mengantarkan Ica selama semingguan ke sekolah. Setelah itu dia melepas putrinya pergi ke sekolah sendirian.
Hatinya sering menangis menatap sosok putrinya pergi menghilang, berangkat sekolah 10 menit setelah bubaran orang sholat subuh dari mesjid depan rumahnya.
"Semoga kamu menjadi orang sukses, sehat trus dan selamat selama perjuanganmu bersekolah tiga tahun nanti, aamin!" doa Mama Ica setiap kali melepas Ica pergi.
"Bismillah ya, Ma! Ica masih harus bersyukur looh, Ma! Di Jakarta masih terhitung mudah menuju ke sekolah. Di pelosok masih banyak anak-anak berangkat sekolah harus melewati rute yang sulit!" kata Ica pada suatu ketika, sambil memperlihatkan video anak berbaju merah putih, tengah melewati jembatan yang rapuh.
"Ya Nak..., alhamdulillah!" sahut Mama Ica tersenyum.