"Ma, bagaimana bayar sekolah swastanya?" tanya Ica hati-hati.
"Nanti kita pikirin, ya!" sahut Mama Ica sambil terus menyuapi Danar, "kamu habisi makannya, jangan disisain seperti itu!" tegur sang mama tegas.
Ica terjengkit kaget. Dia segera menghabisi makannya. Jika sang mama menyuruh dengan intonasi seperti itu, dia tak berani membantah. Biasanya jika sudah berintonasi seperti itu, menandakan sang mama sedang stress dan banyak pikiran.
****
"Ma, cari sekolah di luar wilayah sini, bagaimana? Yang penting negeri" ujar Ica pada suatu kesempatan.
Dia baru saja mendengar salah satu orangtua temannya berdebat tentang itu. Di luar wilayah mereka, nilai akhirnya masih bisa bersaing. Namun sang ayah tak mengijinkan sang anak, karena lokasinya jauh sekali.
"Jauh, Neng!" sahut Mama Ica dengan nada sedikit mengeluh.
"Tapi, setidaknya Ica bisa sekolah negeri, Maa!" kata Ica menegaskan.
"Mama sudah melihat hingga ke luar sana, Sayang! Jauh banget, kamu nanti kecapean!" kata Mama Ica lagi keberatan.
"Hidup yaaa harus cape, Ma!" sahut Ica pantang menyerah, "yang penting Ica bisa sekolah negeri!" katanya lagi dengan yakin.
Akhirnya Mama Icapun segera membuka link pendaftaran lagi dan mulai melihat-lihat, mengukur jarak, dan browsing transportasi.