Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Perilaku Individu
Pembelajaran daring yang sudah dua tahun kita rasakan tentu saja akan menimbulkan perasaan jenuh karena secara tidak langsung segala aktifitas kita hanya sebatas dari ruang ke ruang lain yang ada di rumah. Kegiatan yang seperti itu oleh sebagian orang disebut sebagai kegiatan yang membosankan. Ditambah lagi situasi pembelajaran daring yang kurang inovatif, yakni pembelajaran yang pada akhirnya berujung pembebanan pekerjaan rumah terhadap pelajar dan mahasiswa. Dilansir dari tirto.id Selasa, 10 November 2020 :
“ Peninjauan KPAI mengenai pelaksanaan pembelajaran daring di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota menyatakan 73,2% siswa dari 1.700 responden, atau 1.244 siswa, mengaku terbebani tugas dari guru. Sebanyak 1.323 siswa dari seluruh responden berkata susah mengumpulkan tugas karena guru menginginkan mereka mengerjakannya dalam waktu singkat.”[3]
Perilaku seeseoramg erat kaitan dengan kesehatan mental orang tersebut. Menurut saya, kesehatan mental merupakan suatu keadaan dimana kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri, kita merasa hidup ini damai dan tentram sehingga output yang dapat kita rasakan adalah rasa syukur kepada Tuhan. Pernyataan ini diperkuat oleh argumen (Zakiah Daradjat ;1985) :
“Beliau menyimpulkan orang yang memiliki mental yang sehat memiliki empat karakteristik, diantaranya :
- Seorang yang sehat mentalnya adalah orang tidak memiliki gejala, baik gejala gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose).
- Seorang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu beradaptasi baik antar individu ataupun dengan lingkungan tempat tinggalnya.
- Seorang yang sehat mentalnya adalah orang yang memiliki pengetahuan dan mampu mengaktualisasi dirinya baik melalui bakat minat ataupun sikap agar mencapai sebuah kebahagiaan bagi diri sendiri ataupun orang lain.
- Seorang yang sehat mentalnya adalah orang yang mempunyai keselarasan fungsi jiwa sehingga ia dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan merasakan aura-aura positif setelahnya.[4]