Dua suara kembali berbicara di kepalaku.
Dasar bodoh! Mengapa menambah pekerjaan kamu? Mengapa tidak kamu nikmati alam saja selama waktumu yang singkat di sini? Mengapa harus kamu habiskan untuk anak cacat yang sama sekali bukan tanggung jawab kamu? Tanggung jawab kamu hanya di sekolah!
Hei! Itu adalah keputusan yang luar biasa! Sebuah bukti bahwa kamu benar-benar adalah seorang guru! Berikan cahaya pada mereka yang sedang dalam kegelapan! Buat mereka sadar apa yang salah selama ini!
Aku mencoba mengabaikan pertikaian kedua suara ini sambil terus menyelesaikan pekerjaanku. Aku sudah bersumpah kepada kepala desa. Besok aku akan mulai mengajar anak-anak yang cacat, setelah aku selesai mengajar di sekolah. Aku akan mengunjungi rumah mereka satu per satu. Aku sudah membuat daftar anak-anak cacat yang ada di desa ini. Tidak banyak jumlahnya, namun jarak rumah mereka berjauhan semua. Aku menyusun jadwal kunjungan agar tidak mengganggu kegiatan utama aku di sekolah. Aku harus mempersiapkan diriku dengan baik.
Walaupun aku tidak tahu apa yang akan aku hadapi besok, aku tidak akan mundur. Aku mungkin akan kewalahan mengajar anak-anak yang cacat karena aku sama sekali tidak memiliki keahlian untuk mengajar mereka. Aku hanya tahu bahwa aku ingin mengasihi mereka. Aku tidak ingin mereka merasakan kegelapan di sepanjang hidup mereka. Aku harus dengan perlahan mencoba meyakinkan orang-orang di desa ini bahwa orang cacat bukanlah orang yang dikutuk. Mereka adalah ciptaan Tuhan, hanya dengan kondisi yang berbeda. Aku ingin mereka tahu bahwa orang cacat bisa melakukan sesuatu di dunia ini. Pasti ada sesuatu yang bisa mereka lakukan. Mereka juga bisa menjadi cahaya bagi desa ini, bagi dunia ini.
Aku tersentak! Aku baru saja menyadari, kejadian ini.... sebenarnya telah menyalakan sebuah cahaya di hatiku sendiri! Sebuah cahaya yang menuntun aku ke arah mana aku harus melangkah dalam hidupku! Oh sungguh, aku merinding!
Aku bahkan belum mulai mengajar anak-anak cacat itu, namun mereka sudah terlebih dahulu memaksa aku untuk belajar memberi makna pada hidupku. Apa yang ingin aku tinggalkan bagi dunia ini saat aku meninggal nanti? Ini akan menjadi pertanyaan sepanjang umurku, selama hidupku.
Dengan khusyuk, aku berdoa malam ini. Wahai cahaya, tetaplah menyala saat aku berada dalam keadaan sesulit apapun. Ingatkan aku selalu untuk melakukan hal yang benar. Aku percaya Tuhan pasti akan menolongku.
Hari yang sangat melelahkan. Semoga tidak ada lagi mimpi buruk. Tepat saat listrik padam, aku pun terlelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H