Mohon tunggu...
Ermawaty Ermawaty
Ermawaty Ermawaty Mohon Tunggu... Dosen - Pejuang pendidikan

Saya ingin membantu perkembangan di dunia pendidikan dan membantu anak spesial untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cahaya di Hatiku

17 Juni 2019   11:04 Diperbarui: 17 Juni 2019   11:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berdoa dengan singkat di dalam hati. Pak Kepala Desa sedang tersenyum, menunggu aku berbicara. Aku menghela napas.

------------

Langit mulai gelap. Aliran listrik sudah ada. Aku mulai mengoreksi tugas murid-muridku. Tapi aku sulit berkonsentrasi. Teringat percakapan tadi pagi dengan kepala desa.

"Bu Guru yakin tidak takut jika kutukan itu menimpa Bu Guru?"

"Yakin sekali, Pak. Tolong ijinkan saya mengajar mereka."

"Tapi Ibu juga mengajar di sekolah. Kami kuatir jika kutukan itu menimpa anak kami yang di sekolah melalui Ibu."  

Denyut di kepalaku semakin kencang.

"Saya akan selalu 'menyucikan diri' setiap kali selesai mengajar anak yang cacat, dan sebelum pergi ke sekolah. Saya berjanji."

"Ibu harus bersumpah."

"Baiklah, saya bersumpah."  

Di desa ini, ada ritual 'menyucikan diri' jika sengaja atau tanpa sengaja berhubungan dengan orang cacat. Aku terpaksa melakukannya agar bisa membantu anak-anak cacat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun