"Kayaknya, perlu ditambah epistemologi (ala Muhammadiyah ada kan? Itu tuh, Bayani, Burhani, Irfani). Mirip-mirip nama orang alias kader Muhammadiyah. He he. Juga, ontologi sampai fenomenologi?"
"Mungkin bagus juga meminjam teori ekonomi Bung Hatta dan Soemitro Djojohadikusumo untuk membedah konsep Mewujudkan Indonesia Berkemakmuran," pungkas senior.
"Beliau berdua juga "terpelezet" dengan meramu teori ekonomi liberal plus sosialis Marxis. Bedanya, keduanya tidak lupa dengan nilai atau tradisi dan sosiologi Indonesia. Bung Hatta dengan ekonomi koperasinya, Soemitro dengan ekonomi liberalnya, yang mengakui hak kepemilikan publik. Ia rada-rada juga sosialis. Waktu itu dunia kan lagi perang ideologi. Itulah latarnya. Iya kan?"
"Ini mungkin gara-gara pak Makmur? He he. Daripada  kita berdiskusi hanya satu pendapat teman paling benar, mending nggak usah diperpanjang diskusinya. Kita ambil jalan tengahnya, bagaimana? Sebaiknya antum berbicara sembari menghormati pendapat teman yang lain di grup WA. Gue benar, antum benar, sama-sama benar. Itu kan adem rasanya. Nggak ada yang salah. Kata "sebaiknya" menjadi kata bijak. Kita lebih baik tersenyum saja. Ya, sudah."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI