Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhentilah Berdiskusi ala Orang Bijak

14 Desember 2024   15:37 Diperbarui: 30 Desember 2024   16:27 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tataran realitas, banyak penganut agama, entah itu modern atau tradisional belum memahami apa makna dan hakikat agama. Mereka mungkin belum sampai pada kualitas penghayatan agama yang dalam dan menyeluruh. 

Jangan heran, khusyu beribadah, jago korupsinya, misalnya, dan contoh-contoh lainnya dalam keseharian. Apa hubungannya? Beribadah satu kebutuhan, berperilaku  buruk juga lain.

Salah seorang teman nyeletup dan mempertanyakan tentang apa maksud dari moderasi beragama yang kebablasan. Alih-alih moderasi beragama dijadikan alasan untuk menghakimi orang-orang yang bersuara dan getol memperjuangkannya di tanah air.

Menurutnya, gara-gara moderasi beragamalah yang bikin orang jadi toleransi terlalu liar. Salah sedikit, orang atau kelompok dituding sebagai intoleran. Teman yang satu ini juga menolak kalau umat Islam dicap radikal dan teroris.

Alasannya, radikalisme dan terorisme itu buatan dari Islamophobia. Titik. Tunggu dulu. Orang-orang yang anti Islam, kata siapa? 

Banyak juga kok oknum pendakwah yang menyerukan kebencian pada kelompok keyakinan yang berbeda dengan dirinya. Kenapa jadi bertambah runyam. Kerisauhan menimpa teman itu karena umat Islam seakan terpinggirkan bahkan terzalimi oleh rezim tertentu.

Semestinya masalah itu dijawab oleh kaum mayoritas. Kita tunjukkan bahwa Islam adalah agama cinta damai, penuh kasih sayang, dan menghormati kaum minoritas, apapun agama dan golongannya. Islam sebagai agama kemanusiaan yang sangat menghargai kemajemukan dan ragam pandangan atau keyakinan. 

Jadi, dijawab dengan tindakan, bukan bibir. Agama bukan terletak pada baju dan ritual belaka, melainkan pikiran, jiwa, dan perbuatan yang terpuji.

Nah, satu tema diskusi atau lebih ini saja sudah menguras pikiran dan merangsang otak teman-teman. Rasa malas untuk tidak berbicara jadi rontok. Diakui memang tidak semua teman doyan berdiskusi.

Ada yang senangnya menyimak, intip-intip, acuh, baperan, lewat sekian jam dan hari baru menoleh ke ponselnya. Jelas, saya kira bermacam-macam gaya dan karakter teman di grup WA. Di sela-sela diskusi, ada sebagian teman nge-share video dan artikel berita berbasis onlen.

Maka, masalah yang bikin kesal teman ditanggapi oleh teman yang lain. Teman yang satu ini seorang akademisi. Dia punya banyak referensi dan rajin lakukan riset tentang toleransi agama, misalnya dan topik pembicaraan tentang moderasi beragama. Pelan-pelan jawaban atas masalah teman dari garis tidak lucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun