Tersembunyi dalam 'wajah hiperealitas yang kusam' sebagai produksi hasrat yang tidak terkontrol.Â
Kebenaran, ingatan, dan khayalan akan menjadi kegairahan binatang berakal. Tubuh dengan lompatan, shalat, puasa, zakat, haji, bacaan, tulisan, nyanyian, dan hal-hal yang bisa digambarkan dari dalam tentang binatang berakal yang tipikal.
Tubuh secara murni dirembesi dengan kata-kata, citra, bau, rasa, dan warna disebut kualitas inderawi (Lockean).Â
Jenis tubuh ini begitu berbeda dengan tubuh menurut "Aku adalah binatang berakal." Kita mesti banyak belajar terhadap kemandekan atau kelihaian nafsu (dimana pikiran dibuat tidak berkutik saat berhadapan obyek hasrat.Â
Setiap orang membaca teks agama (Al-Qur'an) merasa adem setelah merahi tanda-tanda cahaya-Nya.
Dari titik ini, proses 'menjadi binatang berakal' merupakan tugas dan tanggungjawab setiap individu. "Aku adalah binatang berakal" dalam tidur bersama dunia mimpi panjang.Â
Dia bersama petualang agung histeria, di setiap realitas terjebak oleh perubahan masa. Satu ciri kontradiksi ringan dari kekaburan dan kecerahan ingatan; kegairahan dibangunkan oleh histeritas mimpi, ingatan, dan tulisan cahaya sebagai tanda ekstase Keilahiaan.Â
Maka muncul pertanyaan. Dimana kontradiksi kegelapan dan cahaya saling berdialog, memantulkan percikan hikmah tanpa mimpi buruk menjadi sirna dalam dirinya?Â
Tulisan cahaya setelah kegelapan mengarungi jagat realitas baru di antara ruang kosong. Saya sadar, ruang kosong itu lenyap dalam tulisan cahaya (teks agama melalui ponsel atau medsos).Â
Ketika warna bercampur aduk dengan tanda ekspresi yang ditanggulangi oleh "Aku adalah binatang berakal," maka permasalahan yang kompleks bakal perlahan-lahan tersingkir dari kehidupan intelektual dan spiritual.Â
Suatu obyek pujaan akan lahir ketika sketsa mimpi sebagai pusat pantulan cermin dengan kebenaran yang sama di dunia aktual, kemudian membendakan penyatuan dan pengingkaran tanda kegairahan eksoterik dengan citra tubuh yang terbakar oleh nafsu dalam kelengahan fatal.