Dunia dari sebuah tahapan 'permainan metamorfosis'. Seringkali kita tidak bisa menerima gagasan lain bagi orang yang berkeinginan melihat dunia lain melalui tulisan cahaya. Satu kali ketukan tangan di atas meja di tengah lingkaran "cahaya" berarti tidak lepas dari suatu tubuh.
 Tulisan cahaya dengan ekstase Keilahiaan terarak-arak melintasi kepucatan para pemimpi, bahwa amarah sebagai sifat paling tipikal yang membekukan dunia.Â
Ketidakserasian amarah dan pikiran jernih mendisposisikan kedirian di dunianya sendiri, ketika birahi tidak terkelabui, tetapi, Â dunia dapat dinyatakan tetap eksis melalui pengelabuan kosa kata dan gambar.Â
Bukan hanya dunia dijadikan 'tulisan asali'Â (arche-writing), kemudian ditransformasikan pada ide tentang dunia luar, tetapi juga kesamaran logika dipertentangkan dan dibujuk dalam dirinya sendiri.
Syukurlah, masih ada anak gaul dan anak-anak lainnya diantar dengan hasrat dan gairah  membaca tulisan cahaya berbasis online (teks Al-Qur'an melalui medsos dan internet) hingga mengkhatamkan 30 juz selama bulan Ramadhan.Â
Ia bukan lagi tatanan alam, tatanan psikis, dan apalagi tatanan tulisan sekadarnya. Dalam sebuah relasi di luar teks dunia yang awalnya buram ditata ulang dengan 'menulis' tentang kegelapan dan cahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H