Sebuah kamera dengan tulisan cahaya (teks Al-Qur'an melalui medsos dan internet), makin besar angka diafragma, makin kecil peluang sebuah diafragma atau sebaliknya. Karena semua alat-alat visual tidak lebih dari permainan cahaya.Â
Dalam cahaya sebuah benda hanyalah akhir kebutaan yang ada di dalam benda itu sendiri. Misalnya, seorang pembaca, melihat suatu kilatan cahaya dari kamera akan mengakibatkan efek pemancingan sensasi yang terbatas. Memancing  penulis dan pembaca yang mengganggu pikirannya atas pantulan cahaya dari sebuah obyek yang tidak nyata dalam bentuk halusinasi ingatan melalui tulisan cahaya.
Bentuk yang tersembunyi dianggap bukan sebagai seni yang mencerahkan jiwa, mencakup rentetan huruf-huruf Arabik yang teratur dan menukik tajam.Â
Apabila kita memikirkan sebuah gambar tercetak melalui lensa kamera hanyalah obyek-obyek sebagai realitas spasial dengan garis dan lingkaran yang menyelimuti dirinya. Pantulan-pentulan tubuh bersama tulisan cahaya bernuansa intelektual dan spiritual sebetulnya tidak tersamarkan dengan ketajaman sensasi mata.
Karena itu, ruang tatapan dan pendengaran yang memisahkan, antara hal yang nyata dengan ilusi, terang dengan gelap. Tulisan cahaya melalui teks agama (Al-Qur'an) berbasis online bersentukan dengan kehidupan adalah sehat.Â
Tetapi, berhadapan dengan teks tertulis, titik cahaya tanpa terhalangi oleh cahaya lain karena dinetralisir  keindahan tulisan cahaya yang tidak terkira.Â
Pandangan sekilas tidak menggiurkan suatu intelek, karena ia hanya seperti ekspresi ocehan besar bagi sebuah tu;lisan cahaya menyatakan "ketiadaan dunia dalam dirinya sendiri", sesuatu yang tidak jelas, tidak lebih sebagai suatu 'kekaburan dunia'.Â
Kejelasan-kejelasan gambar diri yang ambigu dalam sebuah cermin, bukanlah 'pengetahuan diri'. Tetapi, sebuah penjelasan kekaburan yang saya pikirkan dan digembar-gemborkan sebagai pantulan cahaya yang redup dalam ruang kosong. Inilah yang perlu kita panjatkan. Kita mesti menyelidiki sebagai sebuah kamera sebagai bacaan atas teks tertulis dari tulisan cahaya (Al-Qur'an).Â
Selama paradoks tubuh dan jiwa, menyingkapkan struktur dan tanda sebagai ekstase Keilahiaan. Kita tidak perlu dunia dari sebuah permainan cahaya, ternyata dibalik makna yang harus dipecah-pecah menjadi sebuah kekusutan absurditas fantasi yang ditata demi dunia lain.
Pembentukan despiritualisasi tulisan cahaya selalu menentang "setan pikiran.'' Tergantung pada kejernihan intelektual dan ketentraman, terlepas dari akar-akar antara apa yang dipikirkan dan apa yang dibayangkan sesuatu.Â
Tanpa beban kata, tulisan cahaya bukan halusinasi. Ia adalah sebuah kehidupan dinamis akan memenuhi ruang kosong menjadi ekstase Keilahiaan.