Memang, pemikiran modern menemukan cara untuk memainkan pilihan politik yang bergerak secara mekanis tanpa tubuh murni.
Dari suatu pandangan politik secara luas dan pergerakan-pergerakan pilihan seseorang mulai melepaskan dirinya dari rantai elektoral melalui menit-menit pemilihan.Â
Momen itu bisa jadi hanya permainan yang terakhir dari "deseksualitas tubuh politik" menjadi "repolitisasi tubuh seksual." Duh, istilah-istilah tersebut  membuat kita tambah ngilu.
Karena itu, bukan hanya melipatgandakan motif dan dorongan yang dimilikinya, tetapi juga saling berinteraksi dan inheren antara wujud politik dan wujud seksual yang secara imanen (ada dengan sendiri). Politik yang terseksualkan menantang kehidupan dan pemikiran. Wujud seksual menjadi bawaan politik. Melalui mekanisme yang tersembunyi, seseorang akan merangsang dirinya atau terpicu untuk mengulangi kembali prilaku politik sekaligus tindakan seksual sehari-hari.Â
Karena sulit untuk dihindari, maka ia masih layak diperbincangkan secara normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H