Politik yang terseksualkan (parpol saling merangsang soal siapa yang duluan mendaklasikan capresnya) tanpa fantasi birahi menjadi bagian dari celah diskursus politik di hari-hari terakhir.Â
Pilihan politik yang terseksualkan seiring kegilaan yang khas.Â
Politik dan hasrat seksual merupakan darah dan jenis kelamin tanpa metafora yang sama sebagai simbol-tanda yang mengalir dalam kehidupan yang melampaui identitas, darah, fisiologis, dan biologis berdasarkan rujukan pengetahuan ilmiah.
Suatu hal yang perlu digambarkan dalam pilihan politik, dimana mesin permainan dibangun dan dituntut untuk memerankan permainan 'politik yang memiliki aturan'. Pilihan politik berarti meletakkan kebebasan pilihan seksual yang melebihi dorongan hasrat seksual dan jenis kelamin melalui tubuh murni kita.Â
Pilihan politik yang terseksualkan merupakan rezim kebenaran dengan teks-teks, janji-janji, lekukan-lekukan, gambar-gambar, dan luapan-luapan politik kenikmatan yang membuat seseorang terpikat.
Jika tidak terkontrol, seseorang bisa menghancurkan kenormalan dirinya sendiri melalui pengumbaran seksual secara represif.Â
Begitulah peranan penting dari pemikiran modern melibatkan dirinya betapa pentingnya suatu pendidikan politik rakyat.Â
Pendidikan politik secara terbuka untuk umum merupakan kekuatan baru bagi pilihan seksual yang menggelikan.
Latar belakang pendidikan dengan pilihan politik dan pilihan seksual secara beriringan menyertakan ketidakhadiran seks murni (jenis kelamin laki-laki dan perempuan).Â
Ia merupakan prasyarat keberlangsungan kehidupan politik, tanpa dominasi kelompok atas yang lainnya.
Pria dan wanita masing-masing memilih secara bebas pada siapa yang dipilih melalui deseksualitas tubuh (godaan di balik sosok yang dipilih).Â