Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pilihan Politik sebagai Pilihan Seksual

8 Januari 2023   09:59 Diperbarui: 13 Maret 2023   08:01 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pilihan politik sebagai pilihan seksual (Sumber gambar: jalandamai.org)

Di sini, pilihan politik yang terseksualkan diselingi dengan guyonan, senyuman, dan bahkan selingan gelak tawa menghibur untuk melupakan sejenak ketegangan dan kesalingmenyerangan antara pihak pendukung yang satu dengan pihak yang lainnya.

Pilihan seksual secara radikal bertujuan untuk mencairkan ketegangan politik. Ia bisa merileksasi hujatan hingga kebencian antara satu pendukung dengan pendukung lainnya. 

Kekerasan politik yang dibumbuhi dengan kegenitan akan menghilang dalam ruang publik, sekalipun di antara perbedaan 'pilihan politik'.

Senyuman dan guyonan dianggap lazim dalam permainan politik, datang dan pergi dengan ketegangan, manuver, dan intrik politik berikutnya. 

Di situlah pilihan politik yang terseksualkan akan dimainkan untuk merangsang, menghangatkan, melumaskan, dan menyegarkan permainan politik. Ia merupakan kesenangan di tengah ingar-bingar kehidupan yang menantang dan menuntut permainan yang sulit diterka.

***

Apa yang dimaksud pilihan politik berkelindan dengan pilihan seksual tanpa "persetubuhan" (seperti ngotot siapa capres atau cawapresnya, keluar dari pemerintahan) bisa meluluhkan dan membungkam kekerasan politik. 

Yang sudah bisa ditebak, dalam hal ini politik yang terseksualkan akan terhindar dari kesewenang-wenangan.

Para pendukung memilih pilihannya seakan-akan dirasuki oleh tulisan hipnotis, yang "tersihir" dalam sebuah mesin politik yang bernama ketidaksadaran (hasrat, fantasi politik). Ia muncul tatkala mereka tidak ingin beranjak dari tempat seiring melepaskan bayangannya yang menghantui. 

Mereka mencium, memeluk, dan sebelum berselfi ria dengan idolanya. Kenormalan pilihan dihingar-bingarkan dalam ketidaksadaran berfoto bersama sebagai anggota masyarakat yang menantikannya datang dari rayuan terakhir.

Di dalam dan di luar kontestasi politik pun, setiap prilaku politik senantiasa melibatkan dorongan seksual menjadi pilihan yang pada titik menentukan politik itulah pilihannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun