Hal ini merupakan pergerakan ironi tanpa absurditas yang menyamarkannya. Seseorang yang keluar dari realitas inter-subyektif tidak mendapatkan apa-apa, kecuali kekaguman sekaligus absurditas, dimana ironi dan kelucuan memancing dirinya untuk memasuki pertunjukan lebih usil dan geli.
Demikian halnya, ilmu pengetahuan menempatkan dirinya atas sesuatu sia-sia karena tidak membebaskan manusia dari muslihat ketidakhadiran akan kebenaran yang sejati terjadi melalui visi masa depan dunia.
Kondisi sekarang berlawanan antara ironi dan kelucuan itu sendiri akibat meluapnya permasalahan yang tidak terpecahkan persis meluapnya obyek tanpa batas.
Maka ada cara lain menuju kelucuan, yaitu abai setiap tawaran pemecahan permasalahan. Urutan indikator pembangunan tidak lebih proses penyelarasan dari proyeksi, yang ironisnya menerima begitu saja alasan-alasan logis untuk menghindari bertambahnya kekacauan pikiran.
***
Ironi dan kelucuan berakar dari pemikiran klasik yang dibawa oleh filsuf kuno. Pada saat satu pergerakan lelucon ke lelucon lainnya memenuhi ruang penuh sesak, dimana kita tidak mampu berpikir, kecuali berbalik menjadi bahan tertawaan dalam pemikiran modern.
Mungkin, sebelum dan setelah filsuf yang kita kenal sekarang tidak bermimpi ingin mati secara alamiah dan mulus, tetapi mati sambil tertawa ngakak penuh bahagia di bawah siksaan fisik dan batin.
Kebenaran dan kebajikan dipertimbangkan melalui hukum pada batas tertinggi dan terendah menyetujui pengetahuan yang kita terima dari intitusi ilmiah, baik di depan kelas (tidak heran, jika ada orang yang dieluk-elukan, akhirnya terjerat hukum karena melanggar sumpah jabatan).
Sudah tentu, akan berbeda jika dibandingkan anak-anak muda dengan apa-apa yang dialami oleh filsuf dan pemikir besar begitu pahit dan getir.
Mari kita melihat ironi yang lain, begitu dekat dengan kehidupan dan pemikiran. Lebih dari penandaan pada teks dari seseorang untuk mengatasi lelucon konyol dibalik pengetahuan dengan menyertai kamus, perpustakaan atau buku elektronik. Kita tidak berada dalam semesterius suatu fenomena lelucon yang mengantar kematian Socrates, filsuf atau pemikir lainnya.
Begitu adanya, dalam komik direbahkan dengan komputer untuk sementara tidak berdiam diri sambil termenung dan mengatakan pada saat tertentu. “Anda mengetahui sesuatu apa yang ada dalam pikiran Anda sendiri.” “Anda mengetahui lebih banyak daripada filsuf yang datang setelah Anda.” “Anda tidak mengetahui, bahwa lampu kamar Anda lagi tidak menyala.”