Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Pembaharuan Pemikiran Islam Mandek di Muhammadiyah?

19 November 2022   17:33 Diperbarui: 12 November 2024   05:59 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya juga melihat, redupnya pembaharuan pemikiran Islam di Muhammadiyah akibat istilah tradisi Islam dibenturkan modernis Islam.

Lucunya, banyak warga Muhammadiyah masih “ alergi” dengan tradisi pemikiran filsafat, dimana filsafat Barat tidak mendapat perhatian begitu luas melalui pengulasan, penafsiran, dan penulisan dari kaum intelektual atau filsuf dari kawasan lain, seperti dunia Timur. 

Apa buktinya? Sampai saat ini, jangankan mendirikan sekolah tinggi filsafat, membentuk dan membuka jurusan filsafat di perguruan tinggi Muhammadiyah, jika bukan angan-angan, masih kosong melompong.

Kita tahu, zaman keemasan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, dekade 70-an dan 80-an. Bagaimana, jika semangat pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia ditarik ke forum Muktamar Muhammadiyah ke-48 di E.G.M (Era Google, Medsos)? Itupun jika dianggap sebagai permasalahan, lantas E.G.P (Emang Gue Pikirin).

Jika saja teman-teman di Muhammadiyah mengobrol tentang perlunya tradisi keilmuan dan pemikiran Islam sebisa mungkin diperdebatkan, dikritik (criticable), serta bisa ditafsirkan ulang (re-interpretable)

Saya kira, soal ‘kemajemukan makna’ dalam teks al-Quran tidak terelakkan. Bayangkan, seratus ahli berbicara dengan satu landasan ayat yang sama, maka yang muncul seratus hingga lebih penafsiran atau pemahaman agama dan sekitarnya.

Adanya diskursus filosofis dan diskursus ilmiah (mestinya dimulai dari diskusi atau kajian) terlepas apakah melampaui ambang batasnya masing-masing atau tidak, Muhammadiyah tetap memerhatikan pendekatan-pendekatan lain.

Pendekatan analitik terhadap sejarah pemikiran, misalnya, juga tetap digunakan. Dalam hal ini, semua sains merupakan tahapan hasil dari pemikiran. Tidak hanya di wilayah filsafat, fisika, matematika, astronomi, ilmu kedokteran, dan sebagainya, tetapi juga termasuk ilmu al-Qur’an, ilmu hadits, ilmu tafsir, ilmu kalam, ilmu fikih, dan sebagainya. Semuanya mesti melalui tahapan kritik, verifikasi, dan falsifikasi (ala Muhammadiyah) dengan meletakkan kaidah atau prosedur ilmiah, yang berbeda dari pemikiran sebelumnya. Sekian dulu ya! Selamat dan sukses Muktamar Muhammadiyah ke-48!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun