Kelima, tentang Karl Marx. Saya juga bukan ahlu ‘ilm tentangnya. (a) Sepanjang pembacaan saya, satu-satunya agama yang paling menghargai prinsip pilihan bebas adalah Islam; (b) Sejauh yang saya baca, Karl Marx tidak pernah menyerang, menghina, dan menjungkirbalikkan agama Islam. Ia hanya menyerang dan menghabisi tiga serangkai kuasa. Agamawan, politisi atau birokrat, dan borjuis atau kapitalis.
Sampai sekarang saya belum memahami apa makna Karl Marx dalam karya ilmiah yang panjang dan melelahkan bahkan sangat berpengaruh dalam menggerakkan perubahan dunia, sepertiga belahan bumi, yaitu Capital (Volume 1) yang ditulis semasa hidupnya dan Volume 2 dan 3 ditulis saat anumerta.
Satu-satunya pemikir dan filsuf posmodernis yang mampu mereproduksi pemikiran dan teori Karl Marx adalah sosok Jean Baudrillard (The Mirror of Production, For a Critque of Political Economy of the Sign) maupun Jean Francois Lyotard (Libidinal Economy). Baudrillard misalnya, mengkritik Karl Marx dengan teorinya: fase masyarakat primitif, agraris, feodal, dan komunis menjadi masyarakat agraris, masyarakat industrial, dan masyarakat informasi.
Keenam, sekadar mengingatkan Doktor Said Rijal. Alat analisis dan kritik dalam menentang kolonialisme atau kapitalisme di bumi pertiwi. Seperti yang dilakukan oleh Tan Malaka, HOS Cokroaminoto, Soekarno, Hatta, Syahrir, Haji Misbach, dan seterusnya, yakni Karl Marx-Marxisme. Belakangan terjadi sintesis dialektika dengan teori keadilan Islam (diantarnya KH. Ahmad Dahlan.dengan teologi Al-Maun di Indonesia, seperti arah dari buku karya Profesor Abdul Munir Mulkhan: “Marhaenisme Muhammadiyah ...,” dan seterusnya). Saya melihat kecenderungan akan kesana sebagai “pengulangan.”
Ketujuh, umat Islam perlu menggunakan teori “Teologi Materialis” atau “Islam Materialis” tanpa menelan mentah-mentah teori Dialektika Materialisme-Karl Marx. Maksudnya, begini. Cobalah kita bayangkan seandainya Wahyu hanya sebatas Wahyu yang diterima oleh Rasul SAW melalui perantaraan malaikat Jibril As. Selanjutnya, jika tidak dimaterialisasi hingga dalam bentuk Mushaf Al-Quran, saya yakin, kita sangat kesulitan untuk membaca, memahami bahkan mengamalkannya.
Mungkin lewat teks tertulis, umat Islam hidup butuh materialitas. Karena itu, pemikiran modern mengenai peradaban mula-mula muncul lewat teks tertulis.
Kedelapan, salah satu faktor penghambat pemikiran umat Islam ke arah kebangkitan Islam dari tidurnya yang panjang adalah mengidap Xenophobia. Kita takut dituduh murtad bahkan kafir.
Doktor Said Rijal. "Terima kasih penjelasannya yang panjang lebar, Ermansyah R. Hindi. Saya hanya ingin menanggapi poin ke-6 (enam). Menurut saya itu kesimpulan yang bersumber dari fanatisme ekstrim terhadap Marxisme. Menurut saya, perlawanan terhadap penjajahan di nusantara bersumber dari spirit Islam, yaitu Jihad fii Sabilillah. Itulah yang paling ditakuti Penjajah. Para pengusung Marxisme seperti Tan Malaka atau Nasionalisme seperti Bung Karno hanya mendompleng dan memanfaatkan ruhul Jihad Ummat Islam," ujar Doktor Said Rijal.
Saya bukanlah seorang Marxis apalagi fanatisme ekstrim, bukan mentaklidbutai “model pemikiran” lain atau saya bukanlah siapa-siapa. Saya mencoba untuk melampauinya (beyond of beyond)," pungkasku.
Jihad sekedar semangat. Maksud saya, buktinya apa. Analisis dan kritik ideologi terhadap kolonialisme atau imperialisme asing tidak datang dari kitab-kitab gundul apalagi wejangan para Kiyai pada zaman itu.
Cobalah kita baca ulang buku-buku, seperti Sosialisme Islam HOS Cokroaminoto, Menuju Republik Indonesia Tan Malaka, Di Bawah Bendera Revolusi, Indonesia Menggugat Soekarno, Demokrasi Kita Mohammad Hatta, termasuk sosok Haji Misbach (oknum Muhammadiyah yang “nyeberang” ke gerakan “Kiri”).