Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Pembaharuan Pemikiran Islam Mandek di Muhammadiyah?

19 November 2022   17:33 Diperbarui: 12 November 2024   05:59 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, Muhammadiyah punya waktu lima tahun untuk nge-refresh jejak-jejak dan langkah pergerakan lewat Muktamar. Apa yang kurang di Muhammadiyah? Semua yang kita butuhkan nyaris ada di persyarikatan.

Coba angkat tangan warga WA? Ayo, siapa warga medsos? Kira-kira apa yang kurang di Muhammadiyah, coba tunjukkan paling tidak di tiga dekade terakhir? Saya pak! 

Muhammadiyah telah memiliki pemikiran baru, apa itu? Sudah lupa, ya? Itu tuh tuh, “Islam Berkemajuan,” “Islam Wasathiyah (Moderat) Berkemajuan.” Ooh begitu. Kalau perlu diberi tanda atau kata-kata yang lebih menonjol dari kata-kata lain. 

Apa ada lagi? 

“Internasionalisasi Muhammadiyah,” digencarkan melalui prioritisasi pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah, yang terbentuk di luar negeri.

Adakan Majelis Tarjih dan Tajdid. Semua hal bisa difatwakan dan diputuskan duduk perkara lewat tarjih dan tadjid. Semuanya belum memadai, bahkan belum ada terobosan baru. Saya tidak heran, sejak pagi-pagi Prof. Kuntowijoyo (1993 : 265) menyatakan bahwa, “Gerakan Sosial Muhammadiyah: Adaptasi atau Reformasi?" Manhaj tarjih, apa tidak cukup di zaman now?

Pantaslah, tiga tahun terakhir saya mengikuti obrolan alias diskusi mini-minian di grup WA alumni. Di situlah wara-wiri cara berpikir bermacam-macam. Ada teman yang sukanya takfiri, menuduh antek-antek Barat, dan sebangsanya.

Pantasan, belakang hari, setiap saya mengirim tulisan dari pentolan liberal, ada saja teman di grup WA yang interupsi (memangnya medsos bisa diinterupsi?) dan dikatai-katai. Hari kemarin saja, saya mengirim tulisan ke grup WA. Temanya, pluralisme hingga judulnya politik identitas. 

Betapa sebagian teman, ada yang “mencak-mencak” atau “kebakaran jenggot.” “Ngirim jangan yang gituan, link tulisan dari pentolan liberal masuk ke grup kader Muhammadiyah,” seru teman di grup WA. Itu baru tulisan dengan pemikirannya.

Belum lagi dalam bentuk aksi provokasi, yang akan dibuat “terbakar” kelompok garis keras. Saya sadar, yang disebut warga grup WA, sangat beragam “cara berpikirnya.” Mulai garis lucu, nyantai, nyimak hingga garis geras, juga ada.

Saya memang sering mengirim link tulisan dari si pentolan “liberal” di grup WA. “Aduhai, usahaku untuk nyentil pembaharuan pemikiran Islam di Muhammadiyah Gatot (gagal total) nih!” Saya ragu, jika ada keniscayaan pembaharuan pemikiran Islam muncul di Muhammadiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun