Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis dan CPNS Mundur, Mengapa Tidak dari Awal?

17 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 17 Oktober 2022   19:30 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : gramedia.com

Kebutuhan yang cukup banyak dari CPNS terbawa arus dalam dunia tanda PNS. Seperti ketidakhadiran rumah mewah, sepatu, tas, arloji atau pakaian bermerek papan atas.

Tidak ada keranjang buah-buahan dan lauk-pauk yang melimpah di dapur setiap hari. Persis mendekati akhir bulan, hasrat atas objek kembali buyar.

Atau mungkin saja terhadap hal-hal yang berkilau secara lahiriah yang ditemukan hanyalah bualan dalam hidup nyaman.

Keinginan dalam suasana hidup nyaman dan tenang adalah tingkat pencapaian yang disediakan oleh dompet atau kantong tebal.

Mulanya godaan mata. Wujud paling mendesak dan murni keterusterangan pilihan atas fulus yang melintasi kata-kata profesionalitas di belakang meja.

Ia terlihat sendiri menyatu dengan lingkaran fantasi untuk hidup lebih nyata.

Kenyataannya, ibarat baru memasuki halaman rumah aparatur sipil yang menggambarkan sebuah jalinan tidak diketahui.

CPNS mesti memiliki jawaban yang tertuntaskan sebelum menyatakan mundur. 

Lalu, mengapa ngebet menjadi CPNS, jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan?

Daya pikat tunggal dari sebuah sang nyata yang tidak mampu disalurkan akibat mekanisme pengunduran diri sebagai calon aparatur sipil, yang bergeming dan hening seketika.

Pemerintah kadangkala melakukan moratorium atau penundaan rekruitmen calon pegawai negeri sipil/calon aparatur sipil negara (CPNS/CASN) lantaran begitu banyaknya minat untuk mengidam-idamkannya, di samping juga jumlah yang akan pensiun masih kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun