Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Seni

Dua Kemiripan Mencuri Perhatian Warganet

2 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:13 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persis kuasa, selain dikariturisasi, gambar wajah seseorang berada dalam kemiripan.Khusus kemiripan punya kisah lain di negeri ini. Kemiripan gambar wajah nampak di permukaan.

Suatu kemiripan tergantung dari mana dia pertama kali dimunculkan. Apa saja kemiripannya.

Mural Wajah dalam Kemiripan

Hari itu, sebuah dinding tembok nampak tidak seperti biasanya. 

Ia menampilkan kenampakan wujud yang membiaskan sesuatu tanpa rahasia menyelimutinya.

Tetapi, dinding tembok tidak lagi bisu. Ia berbicara dengan bahasa atau caranya sendiri.

Jarak antara mural wajah dan kita menunjukkan obyek yang diatasi oleh gambar-tulisan (Derridian) dan penafsiran yang berbeda. 

Ia dipadatkan melalui cat lukisan tanpa diselipkan kata-kata, warna, dan benda-benda yang buram atau samar-samar kenampakannya.

Lalu, ia ditengarai ada mural wajah Presiden Joko Widodo (Jokowi) berada di kolong jembatan layang Jalan Pembangunan 1, Kelurahan Batujaya, Kecamatan Batuceper Kota Tangerang.

Tulisan yang dipadatkan itu pun muncul di atas permukaan dinding tembok, berbunyi 404 : Not Found.

Awalnya, mural dalam persfektif Derridian dibuat semacam blind spot, yaitu corak pikiran yang dimaksud oleh pembuat mural atau penggambar berbeda dengan apa yang dimaksud oleh penonton, pembaca. 

Jadi, ada titik buta diantara keduanya.

Mural wajah mirip Jokowi ditutupi oleh tulisan 404 : Not Found yang dipadatkan melalui cat lukisan atau grafiti sekaligus ditegaskan dengan warna di atas permukaan dinding tembok.

Sontak, berselang waktu, polisi mendekati tempat kejadian. Memang betul, tulisan 404 : Not Found  sebagai kode error. (detik.com, 15/08/2021)

Bukankah zaman sekarang kita dikendalikan oleh kode? Sekaitan dengan hal tersebut, maka polisi menindaklanjuti tulisan bergambar. 

Mural itu membuat orang bertanya-tanya tentang siapa gerangan dimaksud dibalik kenampakan kata-kata dan benda-benda itu.

Mural wajah mirip Jokowi melintang nyaris ke seluruh penjuru jagat virtual yang bergerak secara mekanis. 

Perbincangan warganet tidak terelakkan, yang didukung dengan kelimpahan arus tanda ekspresi.

Semuanya adalah arus tanda atau citra yang bersuara tanpa hirarki ujaran.

Pergerakan bacot warganet yang melimpah seiring arus informasi, yang ditandai dengan tagar #Jokowi404NotFound menerobos trending topik di Twitter.

Ia merupakan peranakan media sosial yang kemunculan perbincangannya membludak ke permukaan tampilan luar. Ia diselipkan antara simbolik dan nyata.

Dunia seakan-akan dalam genggaman model miniaturisasi. 

Apa saja yang berlangsung sebagai peristiwa yang terjadi di luar begitu cepat di hadapan kita tanpa jarak, yang dihubungkan dengan mural wajah mirip seseorang.

Tidak ada lagi gambar wajah datar dan terbalik, karena yang ada hanyalah realitas baru melalui wujud virtual.

Twitter, facebook, dan sejenisnya menjadi realitas baru yang datang lebih cepat dari apa-apa yang dianggap nyata.

Mural wajah dalam kemiripan bukan ditandai oleh lenyapnya jejaring hidup dengan ujaran kebencian dan penghinaan atas simbol negara.

Perpaduan antara keduanya tidak dilawankan dengan kebebasan berekspresi dan berbicara. 

Pendisiplinan tubuh dan pembatasan di bawah ruang sensor bukan untuk membunuh obyek perbincangan dan tatapan warganet tentang mural wajah mirip Jokowi melalui media sosial yang diserap gambarnya dari kenampakan penampilan luar.

Atas nama kemiripan melalui permukaan benda-benda, segala hal yang berkaitan dengan mural wajah mirip orang secara instan tidak lebih dari sebuah ajang kemiripan diantara perbedaan kecil di dunia yang serba transparan untuk kita cumbuhi.

Jagat tanda kehidupan melebihi mural wajah mirip seseorang di dinding tembok terpampang begitu saja. 

Berbolak-balik relasinya antara nyata dan apa yang ditukarkan, dari cat lukisan di dinding tembok dan media sosial.

Ia membuat kita tidak mampu membendungnya, kecuali menghapus permukaan jejak dan bekas gambarnya di tangan
petugas.

Warganetlah menjadi aparatur ketransparanan, yang menyorot kemiripan tubuh pada bagian-bagian paling dikenali.

Melewati pertengahan bulan Agustus 2021, kenampakan tampilan mural wajah mirip muncul kembali dalam bentuk lain. Tujuan dan sasaran yang sama.

Mural wajah mirip dilipatgandakan dengan kaus bergambar mirip Presiden Jokowi bertuliskan “404 : Not Found" melalui akun Twitter, yang ditampilkan oleh sosok milenialis. (kompas.com, 20/08/2021)

Kepatuhan individu diciptakan oleh kuasa administratif melalui surat pernyataan tidak mengulang perbuatan yang serupa. 

Padahal, pengulangan tindakan yang sama tidak mesti diperbuat oleh sosok dan  bentuk yang sama.

Tubuh disusupi dan diirisi oleh mural wajah mirip. Ia tidak menjadi “ampas berita”, melainkan tubuh yang meluber dan menantang apa yang ada dihadapannya.

Hingga ritual pemaafan pun berlangsung setelah proses pemeriksaan yang digelar oleh institusi kepolisian setempat.

Ajaibnya, sosok milenialis dibebaskan, tetapi kenampakan mural wajah mirip tidak bisa membebaskan dirinya dari permukaan gambar atau citra yang dipertajam oleh sorotan mata media sosial dengan sekian kali unggahan menyebar keluar berkat permukaan benda-benda di sekitar kita.

Penghapusan demi penghapusan mural dalam kenyataan melahirkan mural wajah mirip lain, yang dibentuk oleh relasi antara ruang ekspresi dan ruang sensor menjadi prinsip permukaan tubuh, kata-kata dan benda-benda yang menyamarkan pelanggaran ambang batas kehidupan. Pelarangan atas obyek mural wajah mirip juga tidak ada ubahnya sebagai ritus kuasa.

Gambar berwarna dan postingan mural wajah mirip lenyap satu muncul yang lain. Terpenting, setiap gambar dan unggahan mural wajah mirip sejak kapan dibuat dan dimana kemunculannya hanya bisa dilacak jejak dan tandanya setelah ia terjatuh dalam kemiripan citra dirinya sendiri.

Kemiripan bukan lagi permainan gambar, kegalauan, dan ekspresi; ia juga bukan ruang privat yang diam dan bisu.

Memanggungnya kemiripan melalui gambar dan unggahan-postingan mural wajah bukan lagi hal-hal yang menguntungkan dan merugikan; ia menjadi kegairahan atau kesenangan yang senyap, tetapi nyata.

Setiap polesan dan alur dalam gambar dan postingan mural wajah mirip sebagai obyek muncul dalam sirkulasi murni melalui medium.

Semakin lama pesan atau gambar dari mural wajah mirip semakin kosong dan lenyap ditelan oleh dirinya sendiri.

Begitulah obyek; ia bukan seperti kerumunan lalat di pasar. 

Ia bukan kelenyapan ruang publik, melainkan transparansi yang menggebu-gebu.

Titik kenampakan gambar dan unggahan-postingan mural wajah mirip muncul antara pasar dan panggung, ilusi dan bahasa.

Seiring berjalannya waktu, mural wajah mirip akan lenyap akibat tiruan yang menciptakan ruang kosong dan celah.

Ruang kosong seperti seseorang hidup sebatang kara, sejauh dia terasing dan disandingkan dengan tiruan.

Dunia menyerap mural wajah mirip sebagai wilayah bebas untuk diluapi dengan gambar dan unggahan-postingan.

Dunia virtual menjadi wilayah sirkulasi dan pertukaran tanda melalui pasar mural wajah mirip paling merangsang dari tema perbincangan.

Sirkulasi mural wajah mirip yang merangsang serupa sirkulasi hasrat birahi. 

Ia tidak lagi sekedar sirkulasi barang, tetapi kata-kata dan benda-benda yang menggairahkan dalam tanda kehidupan berbangsa dan bernegara.

Wilayah mural wajah mirip melalui kata-kata dan benda-benda yang mengairahkan dari sirkulasi hasrat birahi non manusia bisa menjadi ruang komunikasi sejauh tidak menyembunyikan rahasianya.

Ia bergeser ke kenampakan wujud asli yang kasat mata dipertontonkan sedemikian rupa.

Warganet perlu menggali lebih dalam sirkulasi mural wajah mirip, sebagaimana kemiripan dirinya dengan arus tanda hasrat untuk memahami apa yang tengah terjadi melalui peristiwa transparansi kehidupan.

Debut sang pemilik akun Twitter akan tamat. Ia hadir bukan karena ujaran kebencian, melainkan ruang kosong dan ketidakpastian makna dari mural wajah mirip yang bertengger di atas desain kaus berwarna dasar hitam dengan tulisan merah dan putih ditambah warna coklat. 

Mural wajah begitu kuat ronanya, titik dimana sosok nomor satu di negeri ini ditemukan sebagai dunia nyata.

Tujuan dan sasaran mural wajah mirip itulah yang menyolok dan merangsang, bukan dari warna yang ditampilkan di atas permukaan kaus.

Kemiripan dari mural wajah “404 : Not Found” tidak tergantung pada opini ahli dan opini negara, sekalipun bertolak punggung antara satu sama lain. 

Kebenaran selalu dalam perbedaan, bukan pertentangan.

Masih bulan Agustus 2021. Pergerakan mural wajah mirip memencar di Bandung. Kali ini, ada pertanyaan.

Mengapa pembuat mural wajah mirip seseorang memilih dinding tembok jalan atau jembatan layang? 

Apakah tempatnya strategis atau ada waktu lengang agar tidak diketahui siapa pembuatnya?

Sang pembuat mural nampaknya mengetahui celah sebagai daya tarik. Mumpung musim masker sekarang, sosok pria mengenakan sebuah masker menutupi mata dan hidung.

Organ tubuh bagian kepala sedang dipegang oleh sosok pria. Ia segaja dipilih untuk dimainkan sebagai titik pandang yang menarik.

Sama sebelumnya, pembuat mural wajah mirip diburu oleh polisi. Aparatur disipliner negara mengajukan pertanyaan seputar siapa pelakunya dan apa maksud dari gambar.

Keteraturan polisi ditunjukkan dengan tahapan penyelidikan dan wawancara atas pembuat mural. Kuasa legal menjadi penerang bagi pelanggaran.

Setiap pemaksaan atase tubuh individu yang diciptakan oleh kondisi, dari paling besar hingga paling kecil tidak akan mengubah keadaan lebih tertib.

Paradoks kemiripan terletak ketika kita menyaksikan atau mendengarkan berita mengenai apa yang paling jelas dan nyata mengarah pada mural wajah bapak presiden.

Kesimpulan atas obyek berbeda dengan penyelidikan terhadap maksud dan tujuan dari sang pembuat mural mirip Presiden Jokowi.

Warganet juga akan menyediakan bermacam-macam jawaban dan pernyataan. Ada yang mengatakan sebagai kreatifitas atau penyaluran seni hingga bentuk kebebasan berekspresi dan berbicara.

Ada pula yang beralasan tentang mural sebagai media kritik. Di atas segala kemiripan yang terpampang di permukaan, sang pembuat mural sadar untuk memilih keteraturan, bukan kekacau-balauan.

Rona kemiripan juga tidak terletak pada mural yang hanya bertumpu pada gambar baru dan kusam.

Kadangkala suara arus bawah merefleksikan apa kondisi sesungguhnya terjadi. Sedangkan, arus tanda atau citra dari mural wajah mirip bergerak dari satu medium ke medium lain, dari canvas ke teks virtual.

Perbincangan yang tumpang tindih tentang mural wajah mirip seiring sosok pria berpakaian putih yang menindih lukisan berarti menandai kekuatan permukaan yang bisa diinderai.

Tiruan telah memainkan indera kita, karena kita tidak sekedar melihat dengan mata telanjang atau mencium melalui hidung.

Waktulah yang berkuasa untuk menyediakan celah dan senyap mengiringi kemunculan mural wajah mirip. 

Selain sisi obyek paling menarik, ia juga kemiripan disaksikan melampaui batas-batas ruang dimana ia pertama kali menyebar.

Wajah Murni dalam Kemiripan

Siapa sangka ada seseorang dibalik kebersahajaan penampilannya tidak seperti dunia teka-teki.

Dia tidak mengetahui bahwa dirinya dianggap mirip dengan yang lain. Dia juga tidak menduga potongan wajah dirinya yang mirip dengan lain telah viral.

Dia hidup tanpa pernah mencapai puncak penghargaan atau tanpa pernah merahi prestasi dalam salah satu bidang kehidupan, layaknya sosok pejuang hak-hak perempuan, pelestari lingkungan, wanita karir, olahragawati, pembicara hebat, aktris film kesohor, apalagi ilmuwan cemerlang.

Dalam keseharian, dia tidak pernah menuntut orang lain untuk mengidentifikasi dirinya mirip dengan seseorang. Itu tercermin dari caranya dia bertutur kata.

Ada seseorang hidupnya terbebani dengan gaya penampilanya sendiri.

Misalnya, lewat alat perawatan tubuh, bedah kecantikan atau dandanan parlente tidak berarti dapat mengubah jalan hidupnya.

Biasanya, ciri-ciri seseorang yang tenggelam dalam dunia serba inderawi akan menuju suasana hampa, hambar atau asing.

Dirinya telah terputus dengan dunia yang tidak lagi dibangun oleh citra atau benda-benda lahiriah. Seseorang tidak sadar bahwa dirinya ditopengi oleh hal-hal yang palsu.

Hanya orang yang mencari dibalik kekuatan tubuh apa adanya tanpa diombang-ambingkan oleh penampilan, yang mana jelas, pasti, dan sekarat.

Perubahan zaman yang diimpikan perlahan-lahan sekedar sorak-sorai untuk menutupi sisi lain dari wajah kita.

Semuanya berawal dari penampilan wajah. Dari sana dia ditemukan titik tolak kemiripan wajah.

Berkat rekaman video diprakarsai oleh seorang yang lebih dikenal khalayak ramai, akhirnya dia berwajah mirip terbongkar dihadapan warganet.

Di luar jagat media sosial, dia juga dimirip-miripkan dengan Jokowi. Rahasianya melebihi modal tampang belaka.

Siapa gerangan yang mirip dengan wajah Presiden Jokowi? Dia adalah Ani Pani (51), ibu rumah tangga tinggal di Kota Makassar. (detik.com, 26/08/2021)

Hasilnya, membludak komentar warganet dengan mengatakan dia mirip dengan Presiden Jokowi.

Saat-saat dinantikan telah tiba dalam kemiripan. Ia diharapkan menjadi simponi kehidupan. 

Mimpi kalau kita tersenyum dan mengeluh silih berganti dipancarkan melalui wajah kita.

Wajah mirip tidak dibiarkan bersama bunyi bertalu-talu dan kekuatan penampilan yang berlapis-lapis.

Di mata warganet, ramai dan beragam potret wajah mirip Jokowi menyeruak ke permukaan, diantaranya melalui Instagram dan YouTube. Ia dengan esensinya sendiri muncul  dalam ketulusan.

Salah satu sumber pemberitaan daring menyatakan, bahwa ibu dari lima anak itu bertambah kemiripannya dengan Jokowi ketika Ani Pani tersenyum dan mengerutkan dahinya.

Kisah hidupnya tanpa remang-remang dilihat saat menjual barang campuran melalui tangan warga untuk memenuhi kebutuhan dibaluti oleh mimpi untuk bertemu langsung dengan Jokowi. 

Suatu pertemuan kemiripan antar wajah murni di luar blusukan dimungkinkan bisa terjadi. Semoga demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun