Epitel plasenta, yang memisahkan sirkulasi darah janin dan ibu memiliki pori yang sangat kecil, yang ukurannya lebih kecil dari sel darah merah. Karena sel darah merah yang lebih besar, maka sel darah merah tidak dapat melaluinya.
leh karena itu, hal ini mencegah darah janin mengalir ke darah ibu, atau sebaliknya. Namun karena antibodi yang berukuran lebih kecil dari pada epitel plasenta, maka antibodi dapat masuk ke sirkulasi darah janin, dan perlahan - lahan memusnahkannya.
Ketika antibodi sudah dikeluarkan oleh tubuh, maka akan ada sepanjang hidupnya. Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami penyakit malaria, maka akan dicipta antibodi khusus untuk melawan malaria, dan akan ada terus sepanjang hidupnya, sehingga ketika suatu saat tubuh terkena malaria lagi, tubuh sudah memiliki antibodi untuk melawannya beserta trik  - trik untuk cepat sembuh, Demikian pula dengan tubuh ibu.
Bayi pertama yang dikandung oleh ibu, ketika dilahirkan bayi tersebut belum mengalami komplikasi oleh si ibu. Sehingga saat dilahirkan sebagian besar bayi mengalami penyakit kuning, dehidrasi, sesak nafas, dsb.
Tetapi saat mengandung bayi yang kedua atau lebih, anti bodi di tubuh ibu sudah hafal dengan zat asing yang pernah ada di dalam tubuhnya. Sehingga ketika bayi kedua dikandung apabila ibu bayi lengah, saat nantinya janin dilahirkan, bayi tersebut akan mengalami komplikasi, dan terancam meninggal dunia.
Resolusi
Karena jarang orang dengan golongan darah rhesus negatif, maka hanya sedikit rumah sakit yang dapat menangani penyakit ini. Sama halnya dengan dokter kandungan, yang pada kenyataannya banyak sekali yang masih tidak mengerti masalah kehamilan dengan rhesus negatif ini. Maka itu bila kita mengetahui bahwa rhesus darah kita adalah negatif, segera cari info tentang rumah sakit dan dokter yang bisa menangani kehamilan Anda.
Walaupun tidak selalu pasti ada masalah, dokter biasanya akan tetap menangani kehamilan dengan rhesus negatif dengan perlakuan khusus. Seorang ibu dengan rhesus negatif, pada pemeriksaan kehamilan bayi yang pertama akan di cek laboratorium darahnya untuk memastikan jenis golongan darah rhesus dan mengamati pula apakah telah tercipta reaksi antibodi.
Apabila belum tercipta antibodi, maka ketika usia kehamilan memasuki umur 28 minggu dan dalam jangka waktu 72 jam setelah persalinan atau bayi telah lahir, akan diberikan injeksi anti-D (Rho) immunoglobulin, atau bisa juga kita sebut RhoGam. Bila kehamilan tanpa injeksi mempunyai peluang bayi untuk selamat hanya 5%, Injeksi ini akan mengurangi resiko tersebut hingga 1%. Bahkan bila diaplikasikan dengan tepat, bisa mengurangi resiko kelainan hingga 0.07% dengan peluang bayi terbebas dari kelainan meningkat hingga 99.93%.
Pada kasus ibu keguguran, aborsi dan terminasi pun injeksi ini perlu diberikan.
Cara kerja RhoGam ini adalah, RhoGam akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah janin itu memicu pembentukan antibodi dari tubuh ibu yang dapat menyalur ke dalam sirkulasi darah janin melalui plasenta.
Dengan proses tersebut, janin akan terlindung dari serangan antibodi.  Tidak seperti antibodi tubuh yang akan bertahan seumur hidup, RhoGam akan habis dalam beberapa minggu setelah reaksinya melawan antibodi. Oleh  karena itu, ia cukup aman bagi janin di kandungan. Pada kehamilan - kehamilan berikutnya, dokter akan terus memantau sang ibu apakah telah terjadi kebocoran darah janin ke dalam sirkulasi darah ibu, untuk menghindari telah terbentuknya antibodi. Dan injeksi RhoGam akan terus berlanjut pada setiap kasus kehamilan ibu.