Segala sesuatu yang terjadi pada scene-1 tidaklah selalu berjalan lancar. Di tengah - tengah jalan, ada kalanya jangka waktu 9 bulan 10 hari terlalu lama bagi plasenta untuk bisa bertahan menanggung kewajiban yang besar, menopang kehidupan.
Jika tidak selalu diberi nutrisi, plasenta tersebut juga bisa saja bocor, sehingga darah bayi dan ibu tercampur!
Dari sinilah scene utama akan terjadi.
Perbedaan rhesus dan golongan darah antara ibu dan janin saat ini mulai dipertimbangkan.
Jika pada janin yang dikandung ibu memiliki rhesus positif, kondisi ini sangat tidak bermasalah. Tidak bermaksud hiperbola, tetapi memang benar adanya.
Rhesus positif (janin) atau darah yang mengandung rhesus, jika tercampur dengan darah rhesus negatif (ibu) atau darah yang tidak mengandung rhesus, tentunya tidak bermasalah.
karena darah tersebut nantinya (darah rhesus negatif) pada tubuh janin tetap akan bercampur menjadi darah rhesus positif.
Kasus penggumpalan darah ada janin jarang sekali terjadi. Karena, sistem penggolongan darah berdasarkan golongan A, B, O, atau AB berlangsung secara genetik dan jarang sekali ada penyakit darah menggumpal pada bayi karena beda golongan darah dengan ibu.
Jadi darah pada bayi memiliki sedikit peluang darahnnya meggumpal karena beda golongan darah dengan ibu.
Tetapi peluang darah bayi menggumpal dikarenakan beda rhesus dengan ibu lebih besar. Meski juga berpengaruh pada faktor genetis, sebagian orang teledor saat dicek golongan darahnya, dan hanya mengecek golongan darah berdasar golongan A, B , O atau AB;
Dan mengesampingkan pengecekan golongan darah dengan sistem rhesus.