Mohon tunggu...
Erland Hendyayoga
Erland Hendyayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa Teknik Sipil

Hidup adalah Petualangan yang menakjubkan!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lahir, Langsung Sakit, Eritroblastosis Fetalis

25 November 2017   22:03 Diperbarui: 25 November 2017   23:39 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hey para sahabat - sahabatku sekalian pembaca setia kompasiana. Selamat datang kembali di artikel penulis,

setelah lama kita tak berjumpa.

Penyakit. siapa yang tidak ingin sehat?, semua orang pasti menginginkannya. Tapi bagaimana jika lahir, langsung sakit?

Ada loh, dan penyakitnya itu adalah Eritroblastosis Fetalis.

Orientasi

Darah yang sering kita ketahui sekarang ini pastilah golongan darah A, B, O, dan AB yang bisa kita ketahui dari Official account medsos.

Tapi, janganlah berpandangan sempit, karena golongan darah ada pula rhesus positif dan rhesus negatif. Di mana darah yang memiliki rhesus positif

di dalam darahnya mengandung rhesus, dan sebaliknya.

Pada kasus ini, darah rhesus positif dan negatif tidaklah bisa bersatu, sama halnya seperti ketika kita mendonorkan darah bergolongan A ke golongan B. Yang terjadi justru darah itu menggumpal dan membeku.

Prolog

Eritroblastosis fetalis dalam dunia kedokteran berarti kelainan yang disebabkan oleh pecahnya sel darah merah.

eritro(=eritrosit/sel darah merah) dan fetal(=janin).

Eritroblastosis baru diketahui ciri - cirinya pada bayi yang baru lahir.

Penyebab dari kelainan ini adalah perbedaan golongan darah rhesus antara janin yang berkembang manjadi bayi, dengan ibunya.

Ciri - ciri bayi yang terkena penyakit ini adalah anemia berat, sesak nafas, kolaps secara beritme, perut membesar, tangisan melengking, tidak mau menyusu, dan kejang - kejang.

Scene-1

Darah ibu dan bayi yang ada di rahim pastinya saling terpisah. Darah ibu membawa nutrisi, air, dan oksigen untuk janin, tetapi sirkulasi peredaran darah tidak berubah pada tubuh ibu, tetapi ada satu aliran vena dan arteri (pembuluh darah) yang menuju ke dan dari janin untuk membawa semua zat tadi. Darah dari ibu itu, akan masuk melalui vena umbilikal.

Tetapi, ada hal yang janggal pada kasus ini. Kita tahu sebuah teori bahwa arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah kaya akan oksigen menjauhi jantung menuju organ tubuh, dan vena adalah darah yang menuju jantung.

Tetapi pada hal ini, darah dari ibu untuk janin seharusnya diberi nama Arteri Umbilikal dan bukan Vena Umbilikal karena darah dari ibu pasti berasal dari jantung ibu, dan menuju janin.

Pada kasus seperti ini, kita perlu melihat kembali awal dari scene-1 yaitu, darah ibu dan janin saling terpisah, begitu pula penamaannya.

Ketika darah masih berada dalam alirannya (sirkulasi biasa) nama pembuluh yang menjauhi jantung bernama Arteri.

Darah yang menuju janin diberi nama Vena Umbilikal karena, saat pembuluh darah yang terlilit dalam plasenta itu masuk ke tubuh janin, pembuluh darah ini masuk pada cabang vena dalam tubuh bayi, dan tercampur dengan darah yang kotor.

Kembali kita ingat bahwa vena membawa darah menuju jantung. Maka darah dari ibu yang kaya akan nutrisi dan oksigen tersebut menuju jantung janin untuk dipompa ke seluruh bagian tubuh janin.

Pada Arteri Umbilikal darah dari janin yang kaya akan oksigen dan karbon dioksida akan diarahkan untuk menuju ke vena pada tubuh ibu melalui plasenta. Kata "diarahkan" diperlukan karena apa,? Hal ini untuk mencegah darah dari jantung mengarah pada pulmo (paru - paru) janin yang belum berfungsi, agar ketika nantinya janin lahir, paru - paru tidak penuh dengan darah. Sehingga darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi mengalir ke seluruh tubuh.

Darah yang tercampur di arteri antara darah bersih yang mengalir melalui ventrikel torax (bilik kanan) dan darah kotor dari seluruh tubuh, tetap mengalir pada arteri. Tetapi, di tubuh janin ada percabangan pada arteri janin, untuk menuju Arteri Umbilikal ke arah plasenta, untuk selanjutnya darah kotor dari bayi diarahkan ke plasenta, sedang darah bersih tetap mengalir pada tubuh janin.

Scene-2

Segala sesuatu yang terjadi pada scene-1 tidaklah selalu berjalan lancar. Di tengah - tengah jalan, ada kalanya jangka waktu 9 bulan 10 hari terlalu lama bagi plasenta untuk bisa bertahan menanggung kewajiban yang besar, menopang kehidupan.

Jika tidak selalu diberi nutrisi, plasenta tersebut juga bisa saja bocor, sehingga darah bayi dan ibu tercampur!

Dari sinilah scene utama akan terjadi.

Perbedaan rhesus dan golongan darah antara ibu dan janin saat ini mulai dipertimbangkan.

Jika pada janin yang dikandung ibu memiliki rhesus positif, kondisi ini sangat tidak bermasalah. Tidak bermaksud hiperbola, tetapi memang benar adanya.

Rhesus positif (janin) atau darah yang mengandung rhesus, jika tercampur dengan darah rhesus negatif (ibu) atau darah yang tidak mengandung rhesus, tentunya tidak bermasalah.

karena darah tersebut nantinya (darah rhesus negatif) pada tubuh janin tetap akan bercampur menjadi darah rhesus positif.

Kasus penggumpalan darah ada janin jarang sekali terjadi. Karena, sistem penggolongan darah berdasarkan golongan A, B, O, atau AB berlangsung secara genetik dan jarang sekali ada penyakit darah menggumpal pada bayi karena beda golongan darah dengan ibu.

Jadi darah pada bayi memiliki sedikit peluang darahnnya meggumpal karena beda golongan darah dengan ibu.

Tetapi peluang darah bayi menggumpal dikarenakan beda rhesus dengan ibu lebih besar. Meski juga berpengaruh pada faktor genetis, sebagian orang teledor saat dicek golongan darahnya, dan hanya mengecek golongan darah berdasar golongan A, B , O atau AB;

Dan mengesampingkan pengecekan golongan darah dengan sistem rhesus.

Main Scene

Rhesus ibu adalah negatif, dan rhesus janin adalah positif.

Perang dingin dimulai.

Darah janin dengan rhesus positif, memiliki arti bahwa darah ini mengandung antigen-D, dan pada tubuh ibu dengan darah rhesus negatif

dengan arti bahwa darah ini tidak mengandung antigen-D. Dan disebabkan oleh perbedaan ini, ketika darah janin dan darah ibu tercampur, tubuh ibu akan memberi sinyal pada otak, bahwa ada benda asing yang masuk pada tubuh ibu, melalui darah. Otak tidak mengenali benda asing itu sebagai janin

tetapi sebagai zat yang mengancam. Karena apabila dibiarkan, darah ibu malah akan menggumpal. Jadi secara otomatis, antibodi pada tubuh ibu diperintahkan untuk menghancurkan benda asing yang beredar pada darah tersebut, sampai pada sumbernya.

Jika kebocoran pada plasenta sudah parah, tubuh ibu tidak bisa lagi membedakan mana janin mana zat asing. Sehingga malahan, nutrisi yang dikonsumsi leh ibu untuk janin, malah digunakan sendiri  oleh ibu untuk membantunya melawan benda asing tersebut.

Proses penghancuran benda asing tersebut yang nyatanya adalah janin, adalah sebagai berikut.

1. Seorang ibu dengan rhesus negatif yang mendapat suami dengan rhesus positif berpeluang akan mengandung bayi dengan rhesus positif.

2. Darah janin yang mengandung rhesus positif memasuki sirkulasi darah ibu yang memiliki rhesus negatif.

3. Darah janin yang memasuki sirkulasi darah ibu akan memicu terciptanya antibodi dalam tubuh ibu.

4. Antibodi masuk ke sirkulasi darah janin melalui pori - pori plasenta dan menghancurkan sel darah merah janin, yang mengakibatkan penderitaan  bagi janin.

Epitel plasenta, yang memisahkan sirkulasi darah janin dan ibu memiliki pori yang sangat kecil, yang ukurannya lebih kecil dari sel darah merah. Karena sel darah merah yang lebih besar, maka sel darah merah tidak dapat melaluinya.

leh karena itu, hal ini mencegah darah janin mengalir ke darah ibu, atau sebaliknya. Namun karena antibodi yang berukuran lebih kecil dari pada epitel plasenta, maka antibodi dapat masuk ke sirkulasi darah janin, dan perlahan - lahan memusnahkannya.

Ketika antibodi sudah dikeluarkan oleh tubuh, maka akan ada sepanjang hidupnya. Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami penyakit malaria, maka akan dicipta antibodi khusus untuk melawan malaria, dan akan ada terus sepanjang hidupnya, sehingga ketika suatu saat tubuh terkena malaria lagi, tubuh sudah memiliki antibodi untuk melawannya beserta trik  - trik untuk cepat sembuh, Demikian pula dengan tubuh ibu.

Bayi pertama yang dikandung oleh ibu, ketika dilahirkan bayi tersebut belum mengalami komplikasi oleh si ibu. Sehingga saat dilahirkan sebagian besar bayi mengalami penyakit kuning, dehidrasi, sesak nafas, dsb.

Tetapi saat mengandung bayi yang kedua atau lebih, anti bodi di tubuh ibu sudah hafal dengan zat asing yang pernah ada di dalam tubuhnya. Sehingga ketika bayi kedua dikandung apabila ibu bayi lengah, saat nantinya janin dilahirkan, bayi tersebut akan mengalami komplikasi, dan terancam meninggal dunia.

Resolusi

Karena jarang orang dengan golongan darah rhesus negatif, maka hanya sedikit rumah sakit yang dapat menangani penyakit ini. Sama halnya dengan dokter kandungan, yang pada kenyataannya banyak sekali yang masih tidak mengerti masalah kehamilan dengan rhesus negatif ini. Maka itu bila kita mengetahui bahwa rhesus darah kita adalah negatif, segera cari info tentang rumah sakit dan dokter yang bisa menangani kehamilan Anda.

Walaupun tidak selalu pasti ada masalah, dokter biasanya akan tetap menangani kehamilan dengan rhesus negatif dengan perlakuan khusus. Seorang ibu dengan rhesus negatif, pada pemeriksaan kehamilan bayi yang pertama akan di cek laboratorium darahnya untuk memastikan jenis golongan darah rhesus dan mengamati pula apakah telah tercipta reaksi antibodi.

Apabila belum tercipta antibodi, maka ketika usia kehamilan memasuki umur 28 minggu dan dalam jangka waktu 72 jam setelah persalinan atau bayi telah lahir, akan diberikan injeksi anti-D (Rho) immunoglobulin, atau bisa juga kita sebut RhoGam. Bila kehamilan tanpa injeksi mempunyai peluang bayi untuk selamat hanya 5%, Injeksi ini akan mengurangi resiko tersebut hingga 1%. Bahkan bila diaplikasikan dengan tepat, bisa mengurangi resiko kelainan hingga 0.07% dengan peluang bayi terbebas dari kelainan meningkat hingga 99.93%.

Pada kasus ibu keguguran, aborsi dan terminasi pun injeksi ini perlu diberikan.

Cara kerja RhoGam ini adalah, RhoGam akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah janin itu memicu pembentukan antibodi dari tubuh ibu yang dapat menyalur ke dalam sirkulasi darah janin melalui plasenta.

Dengan proses tersebut, janin akan terlindung dari serangan antibodi.  Tidak seperti antibodi tubuh yang akan bertahan seumur hidup, RhoGam akan habis dalam beberapa minggu setelah reaksinya melawan antibodi. Oleh  karena itu, ia cukup aman bagi janin di kandungan. Pada kehamilan - kehamilan berikutnya, dokter akan terus memantau sang ibu apakah telah terjadi kebocoran darah janin ke dalam sirkulasi darah ibu, untuk menghindari telah terbentuknya antibodi. Dan injeksi RhoGam akan terus berlanjut pada setiap kasus kehamilan ibu.

Bila ibu menunjukkan kadar antibodi yang sangat tinggi dalam darahnya karena reaksi akan benda asing yang besar, maka akan dilakukan penanganan khusus terhadap janin dikandungannya. Penangannan tersebut yaitu dengan monitoring secara reguler dengan scanner ultrasonografi (USG). 

Dokter akan memantau janin, apakah ada masalah pada pernafasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala eritroblastosis fetalis akibat rendahnya sel darah merah. Tindakan dokter lain yang biasanya diambil ialah dengan cara melakukan pengecekan amniosentesis secara berkala untuk mengecek level anemia dalam darah bayi.

Pada kasus tertentu karena janin sudah terlalu terancam, sesekali diputuskan untuk melakukan persalinan lebih dini (prematur), pada saat  usia janin sudah cukup kuat untuk dibesarkan diluar rahim. Tindakan ini akan segera ditindaklanjuti dengan transfusi darah janin dari donor yang tepat.

Dan apabila usia bayi masih belum kuat untuk dilakukan persalinan prematur, maka bayi akan menerima transfusi darah di plasenta, hingga usianya memasuki lebih dari 30 minggu. Lalu setelah bayi  lahir, maka akan dilakukan pengecekan darah secara teratur untuk memantau kadar eritrosit dalam tubuhnya.

Maka berdasar analisis dan data teori yang ada, penulis mengungkapkan persetujuan apabila penyakit Eritroblastosis fetalis dapat disembuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun