"Jadi itu cewek murahan yang udah Kamu pilih? Bisa-bisanya Kamu ngorbanin Aku demi dia!"
 "Gita Aku mohon! Kalau kamu ngajak Aku ketemu, cuma mau ngebahas masa lalu! Mending Kita nggak usah ketemu!"
"NGGAk, Aku cuma heran aja, Kita udah jalanin 6 Tahun Dit! 6 tahun!"
"Iya Aku tau! Tapi Kita tuh nggak bisa sejalan, Git! Please!"
 "DAN 6 TAHUN HUBUNGAN KITA ITU, BUKAN WAKTU YANG  SEBENTAR BUAT AKU LUPAIN KAMU DIT!" tanpa sadar airmataku meleleh.
 "Git! Please! Jangan terus buat Aku ngerasa bersalah sama kamu!" Radit menatapku lekat, ia mencoba menghapus airmataku, namun aku menghempaskan tangannya. Kucoba menyembunyikan kerapuhanku, meski sebenarnya hatiku hancur berkeping keping.
"Aku belum bilang soal pernikahan kita yang batal! Aku... Aku nggak tahu harus mulai ngomong ke Ayah darimana..." tiba-tiba airmata ini semakin tak terkendali. "Kamu juga tahu... hidup Ayahku, mungkin nggak akan lama lagi..."Â
Radit mengusap pundakku. "Maafin Aku ya Ta! Aku memang Bajingan!"
"Kamu nggak perlu minta maaf! Maaf Kamu nggak akan bisa ngerubah apapun!"
 Radit menghela napas "Trus Kamu mau Aku gimana, Ta?"
Aku mengusap airmataku "Kalau Kamu masih punya sedikit nurani, jangan tinggalin Aku sekarang!"