Mohon tunggu...
Emil WE
Emil WE Mohon Tunggu... road and bridge engineer -

Seorang penikmat sastra, anggota forum diskusi sastra “Bengkel Imajinasi”, anggota Adventurers and Mountain Climbers (AMC 1969) Malang, kini tinggal di kampung kecil di Jawa Timur sehabis menekuni profesinya sebagai urban di Jakarta. Gemar menulis di alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Singhasari

29 Desember 2010   01:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

VII

aku hanyalah kekocapan kata
dalam cerita-
melaku diri-
kedhaton Singhasari . . .

Rajasa Arok mengapar diri
meresah mimpi serapah kata
umpatan Gandring kala terjerang-
waktu lalu . . . .

Anusapati kini tertera
selang lama mengepar juga
di lempang lekuk sang cundrik sakti
ditekan garang gagang Tohjaya
anginpun lekas berkata namun
Ranggawuni tiba Mahisa Campaka
Tohjaya melengar ditebas nganga
ini negeri menikai darah

tak berapa lama

tibalah masa Kertanegara . . .

VIII
Singhasari, 1289

datang sudah duta ketiga
menampik tahta-
inginkan takluk
menyuruh tunduk . . .

raja bisa meliuk sabar
menekuk gusar
yang pada akhir . .
nyala marah kian membara . . .
‘apa yang kau kata ?
Singhasari mengharus serah ?
di pucuk kaki Kubilai Khan ?
bedebah sekali !!!

katakan pada raja gendheng-mu
biar seribu duta datang padaku
aku teguh mendiri Nuswantara
si Kertanegara, Prabu Singhasari-
bukan pengecut !!! ’

‘tetapi raja . . . ‘

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun