Mohon tunggu...
Emil WE
Emil WE Mohon Tunggu... road and bridge engineer -

Seorang penikmat sastra, anggota forum diskusi sastra “Bengkel Imajinasi”, anggota Adventurers and Mountain Climbers (AMC 1969) Malang, kini tinggal di kampung kecil di Jawa Timur sehabis menekuni profesinya sebagai urban di Jakarta. Gemar menulis di alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Singhasari

29 Desember 2010   01:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tujuh nyawa . . .
‘Dinda Prajnaparamita-
bethariku . . .
di pelukmu hangat-
belai cinta
yang memerah
di kilau tipis bibir-
merah indahmu

serapah Gandring halauku lagi
menesap risau terisak-isak
tujuh nyawa-
tujuh nyawa

mengapa telah aku berserah
hadapi takdir di peluk rindu
biarlah biar kan kuperangi
biarlah jika kan kuhadapi

andai akupun mati-
takkan ada yang kurindukan
selain desah engah asmaramu
menikam hati meracun jiwa-
duhai Kendedes Bethariku . . .

dalam kelak menerus cita
sampaikanlah salamku
berikan rinduku
untuk buah hatiku . . .
yang kuingin Singhasari-ku terbang
menukik tajam menekuk rejam
di gulipatan tinta sejarah
tanah Jawa dwipa

janganlah menangis bidadariku
titik air matamu adalah erangku
di tidur malam kian panjang
sudahlah sudah . . .
temani aku . . .

dekaplah erat tubuhku ini
masih menggigil masih menafas
sandarkan kepalamu di bahu kananku
biarkan kuurai rambut mayangmu . .

duhai dewiku-cantikku-asmaraku . .
lepaskan rasamu
biar kukecup keningmu-
biar kucium pipimu-
keindahan di tangkai nirwana . . .

andai akupun mati
takkan ada yang kutangisi
selain desah engah asmaramu
dan kemesraan manis senyummu . . .’

menitik lagi-
sesak isak kini mengucap
di kelam jagad merengkuh takdir
dalam pelukan . .
kendedes pun hanya bisa mendiam

di gemah malam panjang
yang mengusir bintang gemintang . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun