Mohon tunggu...
Elvin Hendratha
Elvin Hendratha Mohon Tunggu... Perbankan -

setia hingga terakhir di dalam keyakinan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Catatan tentang Album Cermin God Bless

8 September 2015   05:13 Diperbarui: 4 April 2017   16:43 2912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan tentang Album Cermin God Bless

oleh : Elvin Hendratha

Cermin adalah album kedua God Bless yang direkam pada tahun 1979-an. Album ini sangat fenomenal. Disamping Guruh Gipsy banyak pengamat mengklaimnya sebagai ”Album Progresif Rock terbaik”. Bahkan Cermin disebut sebagai puncak kreatif God Bless secara musikal atau lirikal.  Bak Badai Pasti Berlalu, Cermin bernasib malang. Tak laku pada jamannya, tapi diburu sesudahnya. Lahirnya album ini bukan tanpa promosi. Setidaknya 2 (dua) langkah promo telah dilakukan God Bless, yaitu membagikan Piringan hitam (PH) kepada stasiun-stasiun radio secara gratis, dan grand launching peluncuran album di Balai Sidang Senayan Jakarta.

“Ini album dasyat, saya nonton promonya di Balai Sidang pada hari lebaran tahun 1980” demikian dikatakan Bapak Mh Alfie Syahrine (penggemar God Bless). “Malam itu band pembuka adalah Gold Guys yang dimotori oleh Chandra darusman sambutan penonton biasa biasa saja karena memang fokus penonton pada malam itu ingin melihat penampilan God Bless di panggung dengan formasi baru, yaitu masuknya Abadi Soesman yang menggantikan Yongkie (nama awal Yockie) yang malam itu juga datang sebagai penonton. Penampilan Trio : Gito Rollies, Mogi Darusman dan Deddy Stanzah dimana mereka menggunakan seragam putih semua dengan bahasa pengantarnya memakai bahasa Inggris cukup membuat suasa menjadi lain dan penonton tertarik manakala Gito Rollies itu dengan sangat apiknya memainkan biola, sambutan meriah” cerita Pak Alfie bernostalgia.

“Sedangkan yang paling mengejutkan dari penampilan Godbless malam itu adalah permainan solo drum Teddy Sudjaya dilagu ANAK ADAM dimana waktu menjelang akhir solo drumnya perangkat drum berikut panggung dimana Teddy solo drum terangkat keatas dengan bantuan mesin hydrolik yg kalau sekarang seh kita dah tahu semua kalau mau stim mobil atau servis bengkel pasti pakai alat itu tapi saat itu sech kita masih katro jadi ... ya bengong juga dibuatnya walaupun di tahun 1977 Alan White sudah memulainya waktu di pagelaran live mereka di YESSHOWS.” Kenang Pak Alfie.

“Teddy sangat bagus dan cermat sekali dalam menggabungkan suara drum dengan menggunakan Synthesizers software shingga suara drum menderu deru seperti dibarengi suara angin persis seperti solo drumnya pada lagu ANAK ADAM, pokoknya Teddy Number One dech malam itu disamping kedahsyatan permainan Abadi pada keyboard yang saya sangat tidak menyangka kalau beliau bisa mengimbangi kehebatan pemainan teman teman lainnya” imbuhnya

Cermin, dikatagorikan album rumit yang terlampau maju dijamannya, membutuhkan daya interprestasi tinggi untuk menikmatinya. Kesederhanaan peralatan dengan proses perekaman secara analog belum menggunakan metronome sehingga harus sering diulang-ulang, justru memperlihatkan skill personilnya. Sebegitu hebatkah Cermin dibandingkan album God Bless lainnya ? Tentu setiap orang memiliki pendapat masing-masing, bahkan konon Teddy Sujaya (drumer) justru lebih menyukai album Apa Khabar.

Group dengan Formasi Baru

Formasi group sedikit berbeda dibandingkan formasi 1976, yaitu menjadi : Ahmad Albar, Donny Fattah, Ian Antono, Teddy Sujaya, dan Abadi Soesman. Abadi  menggantikan posisi Yockie Soeryo Prayogo. Pergaulan bebas Abadi dengan anak-anak Pegangsaan hingga melahirkan Guruh Gipsy, setidaknya juga membawa pengaruh materi bermusik God Bless.

Mengapa Yockie diganti Abadi ? Merunut sejarah group rock senior ini  acap kali absurd, saksi sejarah punya varian dongeng beragam. Sering terjadi disorientasi ruang, waktu dan tokohnya. Pada sekitar tahun 1980-an Yockie Suryo Prayogo sibuk berkutat proyek solonya (Chrisye, LCLR dsb), demikian dikatakan oleh Asriat Ginting. Sumber lainnya justru mengatakan bahwa Yockie justru ditinggal begitu saja, karena Ian ingin memasukkan Abadi sebagai anggota baru.

Perkawinan pertama Yockie terjadi pada tahun 1980, waktu yang kurang lebih bersamaan pembuatan Cermin. Pasca pernikahannya memang ada kekosongan pergaulan antara Yockie dan God Bless karena disibukkan proyek-proyeknya di Musica Studio. Sesuai catatan Theodore KS dalam buku “Rock N Roll Industri Musik Indonesia” pada halaman 103 dapat dsimpulkan bahwa Yockie dan Chrisye telah bekerjasama di Musica Studio’s cukup lama dan berhasil membawa tren baru dalam Industri Musik Indonesia. Pada era pembuatan Cermin, sekitar tahun 1979-1982 Yockie tampaknya sedang menggarap album-album, antara lain : Percik Pesona (1979), Puspa Indah Taman Hati (1980), Pantulan Cinta (1981), dan bersama Guruh Soekarno Putra yang lainnya pada tahun 1981 antara lain :  Untukmu Indonesiaku II – To may friend Legian Beach, Musik saya adalah Saya, Duka Sang Bahaduri, Akhir sebuah Opera, dan Seindah Rembulan. 

Pergantian formasi, secara bersamaan dibarengi pergantian cukong God Bless. Akuang Mata Elang yang sedang jatuh bangun, mendadak digantikan Rudy Ram. Bahkan Rudy Ram memberikan fasilitas Gudang Arak sebagai tempat latihan God Bless. Karena merasa geram ditinggalkan God Bless, konon Akuang sempat menodongkan pistol  kepada Teddy Sudjaya. Sumber lain mengatakan bahwa bukan hanya Teddy yang ditodong pistol Akuang. Namun “The Show Must Go On”. Mereka terus betekad merampungkan rekaman bersama Rudy Ram. Konon Rudy Ram sangat memberi kebebasan God Bless mengekspresikan idenya ke bentuk rekaman, kelak menjadi modal utama keberhasilan album Cermin. “Laku gak laku, main saja !!” teriak Rudy Ram pada God Bless saat itu.

Proses Rekaman

Penggarapan Cermin dilakukan selama 3 (tiga) bulan di Studio Gelora Seni disekitar Jalan Hayam Wuruk Jakarta. Cermin direkam dengan menggunakan peralatan analog berukuran kulkas dua pintu bertehnologi tube. Efek suara diciptakan manual, dengan cara: mengandalkan skill personil, alat baru yang trend saat itu seperti Talk Box Guitar ala Peter Frampton pada lagu Sodom Gomorah, bahkan efek suara diciptakan juga dengan cara dramatis, seperti: menggunakan memasang cincin raksasa yang berputar dan dikontrol  dengan footswitch bawaan Ampifier Leslie yang dipasang mengelilingi speaker. Makin berputar kencang cincinnya, maka efek fibrasi yang keluar semakin kencang. Produk efek suara bahkan diciptakan bukan oleh sound keyboard, tapi justru berasal getaran mekanik amplifiernya. Yang paling ekstrem ketika harus mencari ruang untuk mendapatkan nuansa suara yang diinginkan sampai harus merekamnya di Ruang Kamar Mandi.   

Pembuatan Cermin meilibatkan beberapa orang diluar member  God Bless, dengan maksud  memberi kredit poin, diantaranya : Stanley dan Dhanes. Dalam proses pembuatan  master rekaman, God Bless dibantu oleh Stanley selaku ”Chieft Equipment” dan Dhanes selaku ”Sound Enginer”. Mereka berdualah yang membantu proses rekaman menjadi baik dan berkualitas. Dhanes adalah adik kandung dari Yopie Item. Sedangkan Stanley adalah ”Penata Suara” pada album pertama (1976) God Bless. Tetapi sayang pada pembuatan cover kaset, mendiang Stanley rupanya ingin dikenal publik. Stanley memaksa nampang kaku pada sampul kaset keluaran JC Record. Pemasangan paksa foto Stanley dan Dhanes, merusak artistis kaset. Egosentrisnya memancung keindahan cover kaset, menyulap menjadi KTP atau selebaran DPO Polisi.

Pembangunan kontruksi lagu-lagu album Cermin, melibatkan juga : Keluarga Besar Gagola (Rudym Mauly dan Beny), Dedy, dan Theodere KS dengan tujuan agar karya musik God Bless lebih mempunyai kualitas dan lebih syarat akan amanat/pesan tentang kehidupan.

Keluarga Gagola adalah keluarga Kolonel Inf. Edy M Gagola (Kepala Staf Kodam V Jaya TNI AD). Kolonel Inf. Edy M Gagola, memiliki putra antara lain :  Rudy Gagola, Beny L Gagola dan Mauly Gagola, membantu Dony Fattah Gagola menciptakan lagu Cermin dan Anak Adam. Keluarga Gagola dikarunia talenta di bidang musik, beberapa album bertajuk D&R pernah ditelorkan mereka. Rudy Gagola, kakak Donny Fattah adalah musisi yang kelak membantu penyanyi-2 seperti : Iis Sugianto, Vina Pandu Winata, Farid Hardja, Priyo Sigit dll. Bahkan Rudi Gagola pun sempat mengisi posisi bass dalam God Bless menggantikan Donny Fattah Gagola kakak kandungnya yang sempat cuti dari God Bless di era sekitar 1982-1984. Kelak Album ke empat God Bless Rudy Gagola juga berkontribusi pada lagu berjudul Raksasa.

Sedangkan Theodore KS penggemar God Bless yang berprofesi sebagai wartawan, dilibatkan dalam pembuatan lirik. Theo ahli dibidang diksi, utamanya pemilihan kosa kata indah, seperti yang dituangkannya dalam lagu : Selamat Pagi Indonesia dan Balada Sejuta Wajah. Lagu Selamat Pagi Indonesia dan Balada Sejuta Wajah pada album Cermin ini telah didaftarkan oleh Theodore KS sebagai penulis lirik di Yayasan Karya Cita Indonesia (YKCI) tahun 1993, kendati God Bless sendiri belum pernah mendaftarkannya ?

Nama lain adalah Dedy. Dedy pencipta lirik lagu : Tuan Tanah, Sodom  Gomorah dan Insat Sesat (Dosa) ? Liriknya sangat apik, kritis, dan kontemplasi. Dedy lantang mengkritisi kondisi keadaan, dimana kondisi rezim saat itu sangat otoriter, masih relevan. Kaset lama memberikan informasi tim kreatif selalu kurang informatif. Penamaannya singkat, hanya nama pendek seperti  : Dedy, Beny, Rudy, atau Mauly dst. Nama Dedy sempat dipertanyakan, siapakah Dedy ? Muncul berbagai dugaan, mulai dari Dedy Sutanzah sampai Dedy Dores, bahkan diindikasikan nick name Ian Antono. Dedy dimaksud sebenarnya adalah penggemar God Bless yang saat itu sering mangkal di rumah lama Ian Antono di Tebet. Bahkan Dedy sering menginap sampai berhari-hari. Nama lengkapnya adalah Dedy Ismanto, penulis lyric lagu Cinta Tanah Air dari album Byan Assegaf. Saat itu Dedy memiliki materi lagu dan ditawarkan God Bless, kemudian disetujui dengan perubahan2 tehnis dan rimanya oleh Ian Antono. Dedy berkontribusi dalam album Cermin pada lagu-lagu : Tuan Tanah, Sodom Gomorah, dan Insan Sesat.

Album Cermin

Kaset Cermin tercatat beredar di pasaran ada 3 (tiga) varian produk. Versi JC Record,  versi Billboard dan versi Don Record Company. Ada kemungkinan masih terdapat versi-versi lainnya, karena ada juga versi PH yang merupakan edisi promo radio, sebagai sarana promosi. Agak sulit merunut tahun produksinya, tak ada informasi detail pada materinya. Banyak pengamat meyakini, album Cermin direkam pada sekitar tahun 1979-1980 an. Namun demikian bila kita teliti lebih rinci, ada catatan tahun ijin industrinya. JC Record memiliki Ijin perindustrian bernomor : 133/Pend/79 dan 39611/100/24 ber tanggal 30 Maret 1979, Billboard ijin No.0797/PRIND/IK/H/82 tak bertanggal, sedangkan Don Record (yang juga produksi JC Record) justru berijin lebih tua yaitu  208/PEND/77 dan 3961.1/100/56 bertanggal 01 Oktober 1977. Tentu saja tidak sama antara tahun produksi (rekaman) dengan tahun ijin perindustriannya, tetapi setidaknya bisa disimpulkan bahwa proses rekaman Cermin dilakukan pasca 01 Oktober 1977, yaitu rentang waktu sekitar tahun 1978-1980 an.

Gambar sampul semua kaset paling lengkap merujuk pada kaset JC Record. Terdapat perbedaan logo group atau format pemasangan foto pada kaset varian lainnya. Keterangan siapa pencipta lagu kaset JC Record jauh lebih rinci, walaupun masih terdapat inkosistensi informasi. Misalnya perbedaan penyebutan nama lagu dan pencipta lagu, coba perhatikan  lagu “Insan Sesat”, yang juga ditulis inkonsisten dengan judul berbeda “Insat Sesat (Dosa)”. Pada varian kaset Cermin banyak disinformasi nama penulis/pencipta lagu, antara versi JC Record dengan Billboard, bahkan pada kaset Don Record sama sekali tidak mencantumkan nama pencipta/penulis lagu.

Coba simak informasi siapa pencipta lagu Anak Adam, ada yang menulis Benny dan Donny saja, tetapi di ruang berbeda lagu itu disebut diciptakan oleh : Benny, Donny, dan Rudy. Begitulah kondisi musik di Indonesia saat itu, dimana kekayaan intelektual masih relatif kurang mendapat perhatian. Dimana ekspresi seni menjadi hal utama tanpa dibarengi administrasi bagus, bahkan terlupa tak ada catatan siapa saja berada dibalik keberhasilan sebuah lagu.

Sedangkan untuk pengambilan foto sampul JC Record ternyata dilakukan di Studio Foto depan Mall Roxy. Ada 2 (dua) buah foto, yaitu sampul depan dan bagian dalam. Baju kaos Ian Antono dan Teddy tak berubah, sedangkan Abadi Soesman mengganti kaos hitamnya dengan kaos legam bercorak garis merah putih. Yik memakai jaket loreng macan, sedangkan Donny Fattah memakai jaket coklat dengan slayer melilit di leher. Perhatikan gaya Donny dengan ¾ apel di tangan kanan.  “Seorang teman di Studio menyodori saya buah Apel untuk bergaya”, cerita Donny sambil tertawa.

Track List Album Cermin

Kekuatan cermin adalah keindahan komposisi dan liriknya. Semua lagu dan lirik digarap serius apik. Detail lirik menunjukan tingkat keseriusan penggarapan deatailnya, banyak nilai yang bisa direnungkan.

Selamat Pagi Indonesia (6.23)

Electric piano yang ditimpali sythesizer Abadi Soesman membuka lagu, yang kemudian diikuti suara yik yang menggambarkan suasana pagi itu. Drum roll dan syncope Teddy Sujaya mederu meramaikan suasana rock. Ditengah lagu, dentuman bass donny mempertegas nuansa irama rock n’roll. Susana batin lirik tampak jelas didorong diekpresikan dengan syahdu oleh musik lagunya.

Lagu”Selamat Pagi Indonesia”, lirik tertulis ditulis oleh Theodore KS. Sumber lain mengatakan bahwa Theo hanya menyempurnakan diksinya saja, Ian Antono yang justru menulis seluruh lagu dan liriknya. Tetapi faktanya lirik Selamat Pagi Indonesia telah mampu membawa buaian lirik khas God Bless, menambah kekuatan lagu Ian Antono yang berkontruksi unik.

Saat penggarapan Cermin, waktu itu media tanah air tengah hangat mengulas cerita sang penjahat budiman : Kusni Kasdut. Tempo bahkan menurunkan laporan utama pada 2 (dua) edisi berturut-turut. Ekseskusi mati Kasdut dihadapan regu tembak tanggal 06 Perbruari 1980 itu telah menginspirasi lirik lagu Selamat Pagi Indonesia pada album Cermin.

Gambaran waktu eksekusi dipersonifikasikan lembut, melalui kepakan sayap burung yang menembus embun pagi. Ada kekuatan magis. Liriknya serasa membawa penikmat menuju suasana haru damai. Peristiwa dramatis eksekusi justru disajikan dalam bentuk kepasrahan dan  ketenangan jiwa sang tokoh. Pilihan sikap Kasdut justru tidak dipersalahkan. ”Dibibirnya terlukis senyum yang yakin akan kebenaran” tulis Theo.

”Liriknya (Selamat pagi Indonesia) lebih halus dibanding single Vonis, padahal berthema sama tentang ekseskusi hukuman mati” demikian kata Tonny Wimbardi seorang penggemar berat God Bless.

Coba simak ada suara agak “nggeliut” pada awal lagu, seperti kesalahan mixing saat perekaman mastering,  karena saat itu masih menggunakan plak (suara “nggeliut” itu tetap muncul juga pada versi remaster di album History God Bless dan Greatest Hits).

Cermin (6.14)

Musik dibuka dengan permainan lincah Abadi pada tuts keyboard, musiknya sangat rumit semua anggota menunjukkan kemampuannya, bahkan rangkaian drum yang ditabuh Teddy Sujaya sungguh menunjukkan kelasnya, penuh dengan sincope progresif. Lagu Cermin pada akhirnya menjadi lagu legendaris yang sangat komplek partiturnya. Bahkan sejak direkam pada tahun 1979, lagu Cermin tak pernah terdengar pada setiap penampilan konser God Bless. Barulah pada tanggal 23 july 2011 pada Java Rockin’ Land God Bless nekad menyanyikannya. Lagu ini memiliki tingkat kesulitan tinggi, karena dilengkapi dengan koor megah pada parade musiknya.

Lagu dibuka dengan koor megah :

Diriku penuh akan noda nista ......

Inilah sebuah kisah tentang celah kehidupan

(Dengar..dengar..dengarlah kisahnya, hey dengar)

Ah diriku, penuh akan noda nista

Dalam hidup kegelapan, tiada cita-cita

Dan kasih sayang, yang kudambakan

Lagu ini adalah bentuk perlawan Donny terhadap pengkultusan paham dan ego, bahwa kebenaran dimata manusia adalah sangat relatif. Bahwa kita harus selalu intropeksi terhadap kebenaran sepihak yang kita yakini, pengkultusan yang membabi buta adalah salah satu sumbernya. Perbedaan pandangan tidak harus memberhanguskan mahluk lainnya. Donny mendambakan kasih sayang sesama manusia. Dengan senjata ditanganmu, kau hancurkan dunia ? Mitos, ego, lambang Marxis. Membangkitkan jerit tangis…. teriak mereka lantang.

 Musisi (4.26)

Lagu ini sebenarnya adalah lagu “kemunjilan” album Cermin, diciptakan paling akhir. Pada saat proses rekaman rekaman, masih terdapat space merekam 1 (satu) buah lagu lagi dari total durasi kaset bertype C-60. Donny Fattah dan Teddy Sujaya dengan cepat menciptakannya di Studio untuk menutup kekurangan durasi pita. Walhasil justru menjadi salah satu komposisi bagus, yang sekaligus menjadi judul albumnya.

Kegalauan Donny dalam memilih karir sebagai musisi diekspresikan melalui tehnik thumb fingering pada awal lagu, batinnya bimbang tentang pilihan hidupnya. Tekad terhadap pilihan karirnya tersebut kelak teruji dengan kembalinya sang basis ke Tanah Air dari kepergiannya ke Amerika untuk mencari pilihan karir hidupnya. Komposisi ini sering menjadi lagu wajib buat festival-festival musik rock di era tahun 90-an, karena begitu rumit serta kaya akan syncope progressive  disepanjang lagu. Terdapat kejar-mengejar instrumen yang penuh sincope, menujukkan komposisi harmoni apik yang  saling melengkapi. Lagu Musisi sekaligus memberikan ruang alternatif ekspresi personil, melalui unjuk kebolehan musisi melalui solo–solo instrumen  yang bergantian.

Dengarlah ketuk nada dalam birama, inilah getar jiwa bagi musisi

Balada Sejuta Wajah (3.38)

Dimulai dengan balada akustik gitar Ian Antono, Ahmad Albar menyanyi dengan syahdu. Orkestra Abadi Soesman dan Donny Fatah turut berjalan beriringan mengawal cerita syahdu Theodore KS, tanpa drum Teddy Sujaya. Kesahajaan musik yang indah, menggiring menuju kekuatan indah : suara Albar dan lirik lagu.

Lirik lagu ini sengaja bermain-main diksi dan struktur sederhana yang terangkai indah. Lirik lagunya memiliki kualitas kekentalan kesusastraan. Liriknya mampu mencium keinginan musik Ian, untuk melahirkan lirik yang berkarakter God Bless. Pada lagu ini terselip pesan moral ditengah keindahan kata-kata. Penikmat diajak menuju kehirukpikukan kota, dengan segala persoalannya. Balada Sejuta Wajah, mempertanyakan tanggung-jawab kemakmuran masyarakatnya. Masyarakat kota yang termanjinalkan di tengah-tengah keramaian. Adakah hari esok makmur sentosa, Bagi wajah-wajah yang menghiba ...

Sodom Gomorah (3.56)

Lagu ini berkisah tentang kaum Nabi Luth, yang akhirnya mendapat azab dari Allah karena penyimpangan sexual kolletif yang mereka lakukan. Kisah kehancuran Kota Sodom dan Gomorah yang terkubur didera gempa berkuatan besar itu menjadi insipirasi terciptanya lirik lagu. Teriakan Talk Box Guitar pada interlude Sodom Gomorah menjadi salah satu daya tarik. Tehnik baru pada jamannya. Pada lagu Sodom Gomorah yang berirama unik ini, keyboard Abadi tidak banyak over dub dibandingkan lagu-lagu lainnya di album Cermin. Terdengar eksplorasi scat sing berbalut synthesizer Abadi pada bagian interlude dan coda lagu yang berpadu dengan bass Donny dan Guitar Ian Antono.

Pada lagu ini penikmat diajak Deddy ke wilayah religius bersandar kitab suci dengan tanpa menggurui, God Bless mengajak penikmat terbuai pengkisahan dalam menangkap amanat yang dikemas musik nan indah.

Nafsu membara,

Memuncak hasrat pada sesama

Noda mewarnai semesta

Sodom Gomorah

Sodom Gomorah

Sumber petaka

Anak Adam (11.53)

Anak Adam berdurasi panjang (11.53), penuh variasi nada rumit tapi nikmat didengarkan. Walaupun panjang Anak Adam tidaklah membosankan, beatnya penuh sinkop kejutan yang mengagetkan. Ada perubahan cepat ketukan dari hardrock menjadi samba, bahkan terdapat unsur gamelan etnis Bali yang dimasukkan dalam konsep musik modern. Durasi panjangnya berhasil menapak puncak klimak menggapai kerumitan yang indah.

Satu kekuatan lagu Anak Adam, munculnya nuansa gamelan pada keyboard Abadi Soesman. Munculnya unsur gamelan bisa dimaklumi, karena Abadi Soesman salah satu penggarap Album Guruh Gipsy (1976) yang syarat nuansa gamelannya. Pengaruh ”Gegebug Bali”, yaitu bentuk tehnik memukul gamelan Gong Luang atau Gong Gebyar diaplikasikan tehnik permainan keyboard dan moog. Almarhum Soetedjo Hadi, seorang pakar Gamelan Banyuwangi, pernah saya tunjukkan tentang permianan Abadi pada lagu Anak Adam mengatakan : “ini adalah tehnik memukul Banyuwangi, bukan Bali. Dan gending yang dimainkannya juga nuansa Banyuwangi. Sangat masuk akal, karena pada era 75-80 an kami memang sering diundang ke TIM Jakarta, bahkan sampai ke Hongkong memperagakan tehnik gamelan Banyuwangi”. 

Soetedjo hadi

Anak Adam sebenarnya telah dibuat disekitar tahun 78-an, dimana saat itu keluarga Gagola  iseng kompak main gitar, merekamnya pada tape kecil. Ketika membuat lagu ini Donny Fattah dibantu oleh 2 (dua) saudaranya, yaitu Beny Gagola dan Rudy Gagola. ”Saat itu saya berkunjung ke rumah abang saya Mas Dony, di daerah tebet barat, lirik lagu itu diilhami oleh kondisi masalah sosial yang timbul saat itu, yang ternyata kondisi saat kini masih relevan rasanya” demikian kata Beny bernostalgia. Beny Gagola selain membantu membuat liriknya, juga membantu sebagian dasar lop achordnya, yg terus dikembangkan oleh Dony fattah komplit music aransemennya.

Kelak lirik Anak Adam akan mengalami metamorfosis pada album Gong 2000, berdasarkan usulan dan pandangan yang berbeda dari Ahmad Albar dan Ian Antono.

Insan Sesat (5.41)

Lagu Insan Sesat diciptakan oleh Abadi Soesman, personil baru God Bless saat itu. Sedangkan liriknya ditulis oleh Deddy. Lagu ini ternyata memiliki dua nama yaitu  ”Insan Sesat” dan ”Insat Sesat (Dosa)”.  Abadi Soesman yang baru begabung saat itu memiliki beberapa materi lagu, yang kemudian ditawarkan dan diseleksi bersama personil lainnya. Beberapa pengamat mencapnya sebagai lagu terlemah di album Cermin. Dentingan keyboard tampak setia mengawal lancar vokal Achmad Albar hingga akhir lagu, mengalir dengan iringan ketukan bervariasi yang patah-patah. Deddy sengaja mengingatkan : Sang Setan selalu menghadang, di semua sudut cahaya, serahkan ke jurang dosa 

Ingat (6.40)

Ada yang menarik dari lirik lagu yang diciptakan oleh Donny Fattah pada lagu ini. Bahwa Donny telah merusaha mengingatkan temannya, terhadap gemerlapnya Harta dan Tahta, namun Donny lupa tak mengingatkan tentang kilaunya TA yang ketiga yaitu waniTA, yang justru sering menggoda mereka dengan isyu groupist saat itu. Lagu ini berisi nasehat untuk “Sobat Donny”, terhadap kilaunya Harta dan Pangkat yang bakal berakhir pada saatnya. Memiliki durasi putar yang relatif panjang, dilengkapi dengan penampilan solo instrumen dari anggota God Bless pada kontruksinya.

Hey, tahukah kau sobat

Hidup memang berat,

Hey, jangan kau terjerat,

Dalam nafsu sesat,

Tuan Tanah (2.00)

Tuan Tanah adalah salah satu track Album Cermin yang berthema kritik sosial. Berbicara tentang fenomena Tuan Tanah yang jumawah dan senang mencaplok sejengkal tanah milik rakyat kecil. Lagu berani bergaya sarkasme ini sangat berani pada jaman Pak Harto, mengingat saat itu kesenian sangat diawasi. Menggunakan iringan accapela dengan sedikit iringan tipis piano electrik Abadi Soesman. Musik Accapela dari mulut Donny Fatah dibuat agar keseriusan lirik menjadi lebih ringan santai. Kebeningan suara Ahmad Albar dengan iringan koor Ian Antono dan Donny fatah tetap menjadi sandaran kenikmatan lagu ini ...

God Bless berkata lantang dalam memotret realita yang diekspresikan dalam lagu ini :

Jangan peras kami semua,

Tanah yang subur jangan dibilang gersang,

Jangan paksa kami semua,

Hanya inilah harta yang aku punya .....

Disisi lain tak bisa dipungkiri, bahwa proses evolusi God Bless di album Cermin tak luput pengaruh super group dunia. Perhatikan beberapa Influence lagu Kansas yaitu Journey from Mariabron, dan Return to forefer yaitu Celebration Suite tampak begitu kuat mempengaruhi lagu Anak Adam. Ini mirip ketika Smoke on The Water, Deep Purple yang terpengaruh intro Sumertime - Rick Nelson, atau mungkin sama dengan How Many More Time, Led Zeppelin yang merupakan racikan dari karya : Albert King (born under a bad sign), melody Jeff Back. Karena begitulah musik, yang memang hanya terdiri dari 7 (tujuh) not dasar.

Tetapi secara keseluruhan materi lagu-lagu album Cermin sangat bagus dari segi lirikal dan musik, salah satu artefak sejarah Musik Rock ditanah air. Namun sayang sekali remasternya yang didambakan penggemar God Bless selalu menemui jalan buntu, terkait dengan lisensi dan hak cipta. Master Cermin tetap menjadi misteri hingga sekarang. Saat naik Taxi saya mendengar wawancara Donny Fattah di sebuah station radio Jakarta, saya iseng mengajukan pertanyaan tentang Master album Cermin. Donny menjawab dengan bersemangat : ”Dipegang Log, sayangnya sudah agak rusak, bahkan pernah di bawa ke Amerika oleh Log untuk diselamatkan, tapi sayang tidak bisa karena banyak bagian yang sudah rusak berat karena banjir” imbuhnya.

Akhirnya catatan ini saya akhiri dengan ajakan : “ Mari bersama bercermin dengan CERMIN demi kejayaan Musik Rock di Indonesia !”

Rudy, Mauly, Benny, dan Donny

(Elvin Hendratha, bangker tinggal di Malang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun