“Ga apa-apa tante. Insya Allah nanti aja” ucapku lembut. Aku bersykur , karena tidak ada yang memaksaku. Sejurus kemujian mama kembali memandu pertemuan ini “Vans, jika ada yang ingin kamu tanyakan, kamu bisa bertanya sekarang”.
“Insya Allah tante” Aku mendengar suaranya. Jantung berhenti berdetak. Aku serasa mengenal suara ini. “Lulu” dia memanggilku. Sekarang detak jantungku jadi tidak karuan. Kenapa suara ini sangat tidak asing bagiku. Dan kenapa jantungku jadi bertingkah tidak karuan seperti ini.
“Apa kamu benar-benar sudah yakin dengan keputusan kamu ?” dia melanjutkan pembicaraannya. Aku tak berkutik. Hati dan kepalaku masih bertanya-tanya. Menyesuaian nama-nama yang ada di memori otakku dengan suara yang kudengar ini. “Karena aku yakin , sedikit banyaknya kamu sudah mengetahui tentang aku.” dia pun selesai dari pembicaraannya.
Secara spontan, aku mengangkat kepalaku untuk melihatnya. “Kak Abduh ?!” ucapku. Mama dan tante Sulis kaget dengan responku. “Iya aku Abduh” jawabnya. Aku memang tidak pernah menyangka bahwa Abduh bukan nama aslinya, melainkan nama hijrahnya.
“Lo, ternyata kalian sudah saling kenal ?” ucap tante Sulis. “iya Lulu, Vans memang punya nama hijrah, Abduh. Tapi tante selalu memperkenalkan dia ke teman-teman tante dengan nama aslinya Vans.”
Ada sekelompok perasaan dalam hatiku yang berteriak bahagia. Tapi sebagian besarnya tertegun, seolah tak percaya. Apa semua ini benar ? Ya Allah. Mimpi apa aku siang bolong begini ?
“Jadi bagaimana, Lulu?” kak Abduh kembali bertanya.
Aku hanya diam. Kembali tertunduk malu. Rona merah di pipiku yang kuning langsat semakin jelas. Beberapa saat kemudian dia kembali berkata“Jazakillahukhoiron” . Adalah suatu hal yang ma’ruf bahwa diamnya seorang gadis menandakan keridhoannya. Seketika tante Sulis menambahkan “Alhamdulillah, semoga Allah mudahkan semua prosesnya sampai akhir. Amin.”
Tak lama setelah itu, terdengar bunyi seseorang datang dari ruang tamu. Aku kembali shock melihat sahabatku berada di hadapanku. Kenapa dia bisa ada di sini. “Siska ?!” aku memanggilnya.
Dia juga tak kalah kagetnya saat melihatku tidak menggunakan cadar di hadapan laki-laki asing. “Lutfiyah. Ini rumah kamu ?” Dia hampir menjatuhkan kotak cincin yang ada di tangannya. “Ummi, kata ummi calon istrinya kak Vans namanya Lulu” katanya kepada tante Sulis.
Aku betul-betul tidak percaya bahwa ternyata tante Sulis adalah ibunya, dan ternyata Vans ini adalah abang kesayangannya. Dia menghampiriku dan memelukku dengan kencang. “Lutfiyah. Habibati. Aku senang sekali. Meskipun aku kaget luar biasa, tapi aku sangat bahagia bahwa abangku memilihmu. Dan itu artinya kita akan semakin dekat. Ya Allah. Terima kasih banyak ya Allah” Aku pun membalas pelukannya dengan hangat.