Mohon tunggu...
Elvi Aulia
Elvi Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi STIBA Ar Raayah

Perempuan biasa yang ga bisa diam, suka berkelana mencari ilmu. Hal yang paling disukai adalah ilmu AL Quran, tajwid, Qiraah dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Skenario Tak Terduga

8 Desember 2020   12:02 Diperbarui: 8 Desember 2020   12:20 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akupun demikian, setiap kali bercerita, aku berusaha sedemikian rupa untuk menyembunyikan nama agar semuanya tetap berada dan koridor umum. Aku benar-benar mencintai Siska karena Allah.

Tidak ada sesuatu apapun yang aku persiapkan untuk nadhzor  siang ini selain istighfar yang terus kuucapakan berulang-ulang. Dari lantai dua aku mendengar suara klakson mobil, dan suara pintu yang dibuka setelahnya. Aku mengambil nafas panjang dan kembali memperbanyak istighfar dan doa agar menjadi lebih tenang.

Aku tidak mengenal Vans, dan belum pernah bertemu dengannya sama sekali. Dia lebih besar dariku 2 tahun. Setidaknya aku bisa berprasangka baik kepada Allah bahwa dia akan jadi lebih dewasa daripada aku.

“Lulu” Mama memanggilku dari lantai satu, Aku tidak akan menemui mereka. Kecuali hanya untuk nadzhar. Aku tidak akan kuat berkumpul dengan mereka. Aku hanya diam dan tidak tidak menjawab panggilan mama. Mama tidak memanggilku kembali. Aku yakin dia sangat paham bagaimana posisiku saat ini.

Satu jam berikutnya, mama menghampiriku ke kamar. “Ayo nak. Vans dan ibunya menunggu kamu di ruang makan.” Aku hanya menatap mama dengan pipi memerah dan tetap duduk di atas kursi belajarku. “Tenang, Abinya Vans bersama papa di ruang tamu. Hanya kita berempat di ruang makan. Ayo nak. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, kamu bisa bertanya nantinya”

Aku berdiri perlahan. Aku tarik nafas dalam untuk menguatkan langkah. Aku betul-betul berpasrah diri kepada Allah. Sebelum beranjak. Aku berdoa untuk kak Abduh. “Ya Allah berikanlah jodoh yang terbaik untukku dan untuk kak Abduh” Ini adalah hal yang selalu aku lakukan jika pikiranku melayang kepadanya. Aku tahu betul, malaikat akan mengaminkan doa sesorang muslim terhadap muslim lainnya secara ghaib dan akan berdoa “dan untukmu semisalnya”.

Bismilllah. Aku melangkah turun menuju ruang makan, dengan kepala yang terus menunduk. Mulai kulihat jubbah putih duduk di ruang makan. Aku tak berani mengangkat kepala untuk melihat wajahnya. Aku begitu malu. Ummi Vans juga tidak berusaha untuk memintaku agar melihat anaknya. Dia tahu betul bagaimana perasaanku saat ini, karena dia juga perempuan.

Aku duduk di kursi yang disediakan mama dan duduk di sampingnya. Aku sedikit mengangkat pandanganku, dan kulihat tangan laki-laki asing di atas meja. Ya Allah. Siapakah hamba Mu yang ada di hadapanku ini ? Apakan dia benar-benar jodohku ?

“Alhamdulillah, kita sudah sampai pada tahap ini. Nah, Ananda Vans, ini anak tante. Lulu.” Aku tak mendengar suara apapun sebagai jawaban dari Vans. Aku rasa dia hanya mengangguk. Kemudian mama memegang bahuku “Lulu, ini Vans, anak tante Sulis dan Om Rizal. Ayo nak. Angkat pandangan kamu” Aku tidak berani mengikuti permintaan mama. Aku hanya menunduk dan mengangguk.

“Ya sudah, tanpa lama-lama meunggu. Sekarang Lulu, silahkan turunkan cadar kamu nak. Vans berhak untuk melihat kamu. Setelah itu kamu boleh bertanya apa saja yang dirasa perlu untuk ditanyakan” ucap mama. Aku pun menurunkan cadarku perlahan, dan tetap menunduk.

“Masya Allah. Lulu. Kamu cantik sekali nak.” sahut tante Sulis. “Vans, ayo lihat” sambungnya. Dari situ aku tahu, ternyata dia juga menundukkan pandangannya. “Lulu, kamu belum pernah ketemu Vans kan ? Ayo, angkat dagumu, dan lihat siapa yang ada di hadapanmu” tante Sulis berbicara padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun