“Lulu” Papa memanggilku dari lantai satu. Jantungku berdetak kencang. Apakah keputusan yang kuambil sudah benar ? Aku turun menemui papa, pura-pura tidak tahu, kenapa dia memanggilku. Aku duduk di meja makan berharap bahwa dia memanggilku hanya untuk sarapan.
“Masya Allah, enak ya pa.” Aku berusaha membuatnya lupa dengan janjiku tentang CV Vans.
Papa hanya mengangguk dan terus menyantap sarapan. Beberapa menit kemudian “Lulu, bagaimana nak ?” suara lembut mama sontak membuat jantungku kembali berdetak tak karuan. Aku berusaha menenangkan diri dengan meneguk sedikit air.
“Hmm,. Iya Lulu sudah putuskan.” Mereka memandangku penuh harap. “Insya Allah Lulu sudah tenang untuk lanjut ke proses berikutnya”
“Alhamdulillaaah” Semuanya tampak begitu bahagia. Entah kenapa, sekarang hatiku betul-betul tenang, tidak seperti biasanya. Senyuman keduanya betul-betul membahgiakan. Tidak ada yang lebih aku harapkan daripada ridho keduanya. Apa Allah benar-benar akan mendatangkan untukku laki-laki yang lebih baik dari kak Abduh. Ya Rabb. Engkau tak akan pernah megecewakan hamba yang bersandar kepadaMu.
“Papa, sudah kasih tahu om Rizal tentang jawaban kamu, dan beliau bilang bahwa anaknya ingin nadhzor siang ini. Mumpung belum balik ke Mesir” Aku terkejut mendengar perkataan papa, prosesnya begitu cepat, seolah tak memberiku celah untuk bernafas. Ya Allah, kuserahkan semua urusanku kepada Mu. Aku hanya ingin bisa semakin dekat dengan Mu. Berikan untukku salah seorang hamba Mu yang terbaik ya Rabb.
Aku tak bisa sembunyikan keputusan besar yang kuambil ini dari sahabat baikku, Siska. Aku balik ke kamar, kukirim pesan singkat untuknya. “Siska aku sudah ambil keputusan. Insya Allah aku akan lanjut ke proses berikutnya”
“Lutfiyah, kamu beneran udah yakin ?” balasan siska selang beberapa menit. Nama lengkapku Lutfiyah Latifah. Tidak ada yang tahu bahwa aku punya nama kecil Lulu, kecuali teman-temanku sebelum masuk diploma. Dan aku selalu memperkenalkan diri kepada siapapun bahwa namaku Lulu. Aku ganti nama panggilan sejak masuk diploma.
“Iya Siska. Aku ga punya alasan untuk menolak. Mohon doanya ya. Jika ini yang terbaik, insya Allah akan dimudahkan prosesnya hingga akhir. Tinggal satu langkah lagi. Nadhzor. Jujur aku deg degan.” Balasku
“Amin. O iya, ngomong-ngomong aku udah dapat bocoran dari ummi tentang perempuan yang lagi ta’aruf sama abangku. Namanya bukan nama isalmi. Tapi kata ummi dia perempuan sholihah. Ummi sama Abi temenan baik sama orang tuanya. Ya Allah, semoga Allah berikan untuk abangku perempuan yang bisa membuatnya bahagia dan semakin dekat dengan Allah” doa Siska, dan aku ikut mengaminkannya.
Kita sering bertukar pikiran dan pendapat. Siska adalah teman yang baik dan sangat menjaga perilakunya. Dia tidak pernah cerita tentang abangnya kepadaku, baik itu namanya ataupun bagaimana dia. Dia hanya bercerita bahwa dia sangat mencintai abangnya. Itu semua karena dia ingin menjaga hatiku.