Hari ketiga. Fikiranku kemabali terbang ke CV Vans Prasetya. Apa jawaban yang akan kuberikan ? Jujur perasaanku biasa saja. Tidak condong ke sisi manapun. Ya Allah. Aku harus memutuskannya dengan segera.
Aku berusaha berdiskusi dengan hati dan fikiranku.
“Lulu, bagaimana agamanya ?” baik.
“Apakah dia sholat lima waktu di masjid?” iya, bahkan dia adalah seorang khatib.
“Apa dia seorang penjahat ?” tidak.
“Apa dia layak untuk menjadi seorang imam ?” insya Allah.
“Apa orang tuamu ridho dengannya ?” banget.
“Apakah hatimu gelisah?” tidak, biasa saja.
“Bagaimana hubungannya dengan orang tuanya ?” baik sekali.
“Baik, berarti kamu tidak memliki alasan untuk menolaknya”
Sekarang hati dan akalku sudah sependapat. Hufft. Aku menarik nafas panjang.