Setiap kali ia melintasi halaman berdebu menuju ke pintu pagar, pohon kurma tunggal mengingatkannya pada sebuah kuburan. Pemilik rumah menghalangi jalannya sambil menyiram air pada tanah dengan pipa karet.
"Anakku!"
Puah. la tak suka berpapasan dengan si pemilik rumah itu pagi-pagi begini, seorang lelaki kurus mulutnya terbuka sepertu takikan di kulit sebatang pohon tua.
"Kau seorang anak muda yang pendiam, sopan dan berasal dari keluarga baik-baik. Tapi, demi Allah, cobalah terangkan kepadaku tentang pemujaan roh orang mati yang kau lakukan dalam kamarmu itu."
"Berhakkah anda menanyakan perbuatan yang saya lakukan di kamar saya?"
"Ya, kalau perbuatan itu mengganggu ketenteraman para tetangga. Tapi karena uku sahabat ayahmu - semoga Tuhan melapangkan kuburnya - biarkanlah aku bertanya..."
Polesan perasaan gusar kelihatan pada wajahnya, dan si pemilik rumah terus berkata, "Aku tak pernah melihat kau melakukan sembahyang Jumat."
"Lalu apa hubungannya?"
"Maksudku, seorang yang beriman takkan melakukan pemujaan roh."
la tertawa tertahan, dan berkata, "Tapi perhatian kepada roh menunjukkan keyakinan kepada yang gaib ...."