"Faisal ?? siapa Faisal"? Â
Bahkan Nina lupa dengan Faisal yang pernah menolong dia ketika motornya masuk ke parit
"Faisal ?? siapa Faisal?
Dalam mata sahabat-sahabatku Fasial bukanlah laki-laki yang diperhitungkan,tidak masuk kriteria laki-laki idaman mereka.Tapi entah kenapa dimataku Faisal begitu istimewa, istimewa yang tak dapat kujelaskan.Â
Mendengar bahwa sahabat-sahabatku tidak ada yang menginginkan Faisal sebagai laki-laki ada semburat rasa senang dipelupuk mataku, itu artinya aku tidak perlu susah payah bersaing, tidak perlu saling senggol dengan sahabat-sahabatku hanya untuk seseorang lelaki,aku tidak mau persahabatan ku hancur gara-gara rebutan laki-laki.
Absenya Faisal  sore itu berlanjut ke sore-sore panjang berikutnya. Tidak ada ucapan selamat tinggal, tidak ada pesan, tidak ada apapun tiga bulan sudah Faisal tidak mengunjungi ku lagi.
Aneh rasanya aku merasa kehilangan, aku menggantungkan harapan pada lelaki yang bahkan aku tidak tahu seperti apa perasaanya padaku,tidak tahu seperti apa aku dimatanya.
Lima tahun sudah aku masih menantikan laki-laki yang mungkin sekarang dia sudah tidak memikirkan aku lagi. Sahabat-sahabatku Utari, Nani, Susi, Pika, Nina sudah  menikah.
Tinggal aku di umur ke tiga puluh  masih sendiri, banyak lelaki macam-macam rupa telah mereka sodorkan kepada ku mulai dari duda dengan banyak anak,  banyak istrinya bahkan sampai brondong baru tamat SMA ditawarakan. Tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan Faisal. Jikapun nanti seandainya aku bertemu dengan Faisal ia sudah berkeluarga aku selalu berdoa dengan sang pencipta agar hatiku diikhlaskan .
Agar penantian ku tidak terasa amat panjang aku membenamkan diri dengan tetap Fokus membesarkan usaha Bakso ku dan yang paling membuat aku tidak terlalu kecewa dengan kehidupan bahwa tuhan memberikan adik-adik tidak hanya soleh dan solehah tapi mereka cukup berprestasi dalam pendidikan.
Sewaktu sehabis sholat  magrib berjemaah dengan adik-adikku, setelah mencium tanganku Tiara memberanikan diri berbicara  bahwa ia sebenarnya sudah dilamar oleh kekasihnya. Dengan mata berkaca-kaca ia menatapku mengatakan bahwa ia tidak akan menikah sebelum aku menikah.Â