"Nanti aku ajarin deh, doa ibu bapak-nya ya"
Paginya
"Nek aku pengen sekolah lagi,oh ya nanti sore aku juga mau ngaji di tempat kong Ali,mau belajar doa ibu bapak"!!
2 Mei 1989
Setelah aku mulai bangkit dari keterpurukan karena kehilangan ayah ibu akibat ulah ku sendiri, mulai berdamai dengan keadaan, mulai berbicara walaupun tetap saja aku tidak bisa secerewet dulu lagi, mulai bermain dengan sahabat-sahabat ku. Mulai mengaji dengan kong Ali, sudah hapal doa ibu bapak, selalu berdoa agar ibu dan ayah masuk surga. Apa mau dikata kehidupan berkata lain, nenek tempat aku dan adik-adikku bergantung tutup usia,ia menyusul ayah ibu ke surga.
Semua terjadi begitu tiba-tiba waktu itu tidak ada lagi tempat tumpuan, tinggal aku sebagai anak sulung. Aku tersenyum getir, bagaimana aku harus menjalani hidup ini? Jika ku ingat-ingat bukankah aku ini anak manja, anak yang suka memaksakan kehendak, anak yang suka main perintah sekarang justru harus jadi harapan bagi ketiga adikku.Tidak ada pilihan lain aku berhenti dari sekolah walaupun rasanya berat.Â
Kutinggalkan masa remaja ku, kutinggalkan dunia putih biruku.Dengan sedikit tabungan peninggalan nenek aku memperbaiki lagi warung Bakso yang sudah hangus, aku hanya memperbaiki sebagian saja.Â
Aku hanya menempeli dinding yang hangus dengan seng. Kutambahkan bangku, untuk mempercantik kujejerkan pot-pot bunga lidah mertua.Orang membeli Bakso jualan ku bukan karena enak atau apa-apa melainkan karena mereka merasa iba kepada ku.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu tidak terasa sudah dua tahun nenek meninggalkanku dan ketiga adikku.Orang-orang mulai tidak meragukan Bakso buatan ku lagi, aku sudah lihai membuat Bakso. Â
Teman-temanku sering datang ke warung entah itu datang untuk membeli, membantu cuci piring atau hanya sekedar bercerita bagaimana indah dan riangnya dunia remaja mereka. Mereka bercerita tentang sekolah mereka dan mereka mulai bercerita soal laki-laki, soal cinta pertama. Kalau mereka sudah bercerita soal itu maka aku pura-pura tidak mendengar, pura-pura sibuk.
Aku tidak ada waktu walau hanya untuk membayangkan bagaimana rasanya jatuh cinta, yang ada dalam pikiran ku hanya bahwa ketiga adik-adikku sekarang sudah tumbuh besar, biaya sekolah mereka juga sudah mulai membengkak. pernah beberapa kali teman-temanku mencombalangkan aku dengan teman sekolah mereka, tetap saja tidak menarik perhatianku.