"Kau menguping pembicaraan kami, ya? Dasar penguntit!" Sosok itu tahu-tahu menodongkan senjata ke arah pinggang Lionel. Tepat di bawah ulu hatinya.
Lionel berusaha tenang meski hatinya merasa ketar-ketir. Ia bisa merasakan moncong senjata itu terasa dingin menyentuh kulit pinggangnya.
"Aku tidak tahu siapa kalian. Jadi abaikan saja bahwa aku pernah mendengar semua yang telah kalian bicarakan," Lionel berusaha berkilah.
"Oh, ya? Tidak semudah itu, kawan. Aku tahu kamu berbohong. Dan tentu saja aku tidak ingin mengambil risiko dengan membiarkanmu lolos begitu saja," sosok itu siap menarik pelatuk senjata di tangannya.
Lionel memejam mata. Keringat dingin mulai membasahi kening.
Beberapa kali ia menghela napas panjang. Pasrah. Kiranya takdirnya harus segera berakhir hanya sampai di sini. Di hutan pinus ini.
Tapi tidak.Â
Lionel tidak perlu berkecil hati. Sebab--- Jeremy datang tepat pada waktunya!
***
"Kau tidak membunuhnya bukan?" Lionel bertanya gemetar seraya melirik sosok yang baru saja terjungkal mencium tanah.
Jeremy menggeleng.