Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salju Akan Turun di Atas Permukaan Danau

13 November 2019   06:22 Diperbarui: 13 November 2019   06:24 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kukira, sampai kapan pun aku tidak akan pernah melupakan pemilik wajah rupawan yang sengaja membiarkan rambut panjangnya tergerai dihempas angin. Juga senyumnya yang begitu tenang. Setenang permukaan air danau yang menghampar luas di balik Lembah Senduro, di mana senja kerap kali memutuskan untuk bersembunyi.

Ranu. Kuingat awal pertemuan kita. Kau berlari-lari kecil menyongsong kedatanganku. Lalu berjalan riang mendampingiku. Berusaha menjadi pemandu yang baik bagi perempuan yang sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di tanah pegunungan.

Ranu. Aku masih belum lupa. Bagaimana derap langkahmu yang lincah membuatku tertinggal jauh di belakang. Bukan karena aku lamban. Tapi bau wewangian pohon yang tumbuh di sepanjang tepi danau berhasil mengusikku. Membuatku berkali-kali berhenti hanya untuk menaikkan cuping hidung.

Kalau bukan karena nyanyian anak-anak kumbang yang tiba-tiba saja membising, barangkali kakimu terus saja melangkah. Bisa jadi kau tidak akan menoleh dan tersadar bahwa ada seorang perempuan yang berjalan tertatih-tatih di belakangmu.

Aku senang ketika melihatmu berhenti lalu berdiri di bawah sebatang pohon untuk menungguku.

"Kau sengaja memanjangkan rambutmu supaya angin bisa lebih lama mempermainkannya," ujarku di sela napas yang memburu.

"Kau salah. Aku membiarkan rambutku tumbuh seperti ini hanya demi menarik perhatianmu," sahutmu sembari menyungging senyum. Senyum yang mengisyaratkan bahwa hati kita mulai merasakan getaran yang sama.

Ah, tidak, Ranu. Aku tidak ingin membiarkan imajinasiku meliar lebih jauh. Sebab aku paham, dunia yang kita jalani sungguh sangat jauh berbeda.

Kau anak alam. Terbiasa hidup bebas di alam terbuka. Hutan adalah rumahmu. Pepohonan adalah sahabat yang harus senantiasa kau jaga perasaannya. Dan danau yang membentang luas dengan ketenangannya yang mengagumkan adalah kekasih yang tak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.

Tidak juga oleh diriku.

"Aku ingin mengajakmu pulang!" seruku tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun