Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salju Akan Turun di Atas Permukaan Danau

13 November 2019   06:22 Diperbarui: 13 November 2019   06:24 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan dengarlah ia, Ranu. Anak gadisku mulai bercerita tentang sesuatu yang membuatku diam seribu bahasa.

***

Malam itu rombongan kami beristirahat di sekitar Danau Lembah Senduro, danau yang berada pada ketinggian 2100 meter dari permukaan air laut. Sebelum esok hari harus melanjutkan pendakian menuju ke puncak Gunung Semeru.

Entah mengapa, suhu udara di sekitar danau mendadak berubah ekstrim. Dari angka 10 turun drastis menjadi minus 4 derajat celcius. Membuat tubuh kami nyaris membeku. Jaket dan topi tebal sama sekali tidak mampu membantu. Beberapa teman bahkan mengalami hipotermia dan terpaksa dilarikan ke posko terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.

Terbatasnya jumlah relawan tentu saja membuat kami---yang berjumlah puluhan orang, harus sabar menunggu giliran dievakuasi. Melihat aku masih bisa bergerak lincah dan mendesis-desis, mereka memutuskan menolongku di urutan paling akhir.

Satu persatu teman-temanku dipapah naik ke atas tempat di mana posko terdekat bisa dijangkau. Sementara aku meringkuk di dekat api unggun yang nyalanya sudah mulai meredup.

Udara dingin kian menggigit. Tangan dan kakiku sudah sulit digerakkan. Tidak ada yang bisa kulakukan kecuali memeluk sebotol air panas yang ditinggalkan oleh salah seorang relawan untuk menghangatkan perut yang mulai mengejang.

Tapi keadaan itu tidak bertahan lama. Air di dalam botol perlahan-lahan mulai mendingin. Sementara pertolongan yang kutunggu tidak juga kunjung datang.

Sampai kemudian, entah darimana datangnya, seorang laki-laki berambut gondrong, berwajah coklat kemerahan---aku bisa melihatnya dari pantulan cahaya rembulan, menggamit pundakku. Ia menyodorkan secangkir minuman berbau harum.

"Minumlah. Wedang jahe bercampur batang sereh ini akan menghangatkan perutmu," ia berkata lirih. Aku menyambut gembira. Kupikir ia adalah salah seorang relawan yang ditugaskan menjemputku.

"Terima kasih," tanganku yang beku terulur gemetar. Tubuhku masih menggigil dan bibirku pun belum bisa berhenti mendesis seperti seekor ular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun