Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penjara Kasih Ibu

28 Maret 2017   08:05 Diperbarui: 28 Maret 2017   17:00 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menyayangi Ibu. Sangat. Karena hanya dia satu-satunya yang kumiliki.

“Happy sweet seventeen, Ayu,” tiba-tiba satu kecupan mendarat di keningku.

“Ibu belum tidur juga?” aku terperanjat. Kulihat Ibu sudah duduk di tepi ranjangku.

“Jadi, aku sudah boleh jatuh cinta, kan, Bu?” selorohku. Ibu tertawa. Lalu ia merapikan selimutku. Mencium sekali lagi keningku dan menyuruhku untuk segera tidur.

***

Huft, Ibu akhirnya menikah juga. Ia tampak begitu bahagia. Meski tanpa pesta meriah, hanya mengundang kerabat dekat dan tetangga kanan kiri, sama sekali tidak mengurangi kesakralan perhelatan suci itu. Ibu mengenakan kebaya brokat berwarna putih. Cantik sekali. Sedang lelaki di sampingnya, yang kini resmi sebagai suaminya, sekaligus ayah baruku, tampil gagah dengan stelan jas hitam dan peci.

Ijab kabul telah usai. Beberapa tamu satu persatu mulai meninggalkan rumah.

Ibu memanggilku. Mengajakku duduk bertiga.

“Ayu, mulai sekarang Ayahmu akan tinggal bersama kita,” Ibu berbisik di telingaku. Aku mengangguk. Melirik sekilas pada lelaki gagah yang berdiri di samping Ibu. Kebetulan lelaki itupun sedang melirik ke arahku. Membuatku--- salah tingkah.

“Anggaplah rumah sendiri, Ayah,” ujarku menutupi kegugupan.

“Terima kasih Ayu telah menerima kehadiran Ayah,” lelaki itu menyahut seraya menyungging senyum. Ibu mengulurkan tangannya. Meraih jemariku dan menumpangkannya di atas punggung tangan lelaki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun